Gerakan Fajar Nusantara

Warga Eks Gafatar Di Melawi Bingung Hendak Di Evakuasi

Meski demikian, eks gafatar ini juga bingung harus kembali kemana lagi, karena harta benda yang ada di kampung halamannya sudah dijual

Penulis: Ali Anshori | Editor: Galih Nofrio Nanda
IST
Seorang ibu eks gafatar sedang menimang anaknya di mapolres Melawi pada saat proses evakuasi pada Kamis malam. Sejumlah eks gafatar mengaku bingung saat hendak dievakuasi. (istimewa) 
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MELAWI - Eks gafatar yang ada di Kabupaten Melawi, hanya bisa pasrah saat dievakuasi oleh pemkab setempat dan aparat kepolisian pada Kamis (21/1/2016) malam. Mereka tak punya pilihan lain, karena kemanannya kini terancam.

Meski demikian, eks gafatar ini juga bingung harus kembali kemana lagi, karena harta benda yang ada di kampung halamannya sudah dijual untuk bekal mengadu nasib di Melawi. Mereka berharap dengan bertani di Melawi kehiduapnnya bisa berubah lebih baik.
 “Saya sudah tak memiliki apa-apa di Jakarta. Rencananya datang ke Melawi untuk berdagang. Tapi tak tahu, mengapa kami kemudian malah dikembalikan lagi ke daerah asal,” kata Aang eks Gafatar ditemui di mapolres Melawi.
Proses pemulangan eks Gafatar ini difasilitasi oleh pemkab Melawi dan aparat kepolisian. Keberangkatan mereka dimulai dari mapolres Melawi dengan tujuan Pontianak. Selanjutnya mereka ditangani oleh Provinsi.
Selain Aang, ada puluhan warga eks gafatar yang ikut dalam proses evakuasi tersebut, beberapa diantaranya ibu-ibu dan anak-anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Saat hendak meninggalkan Melawi, mereka hanya membawa perlengkapan seadanya.
Warga lainnya, Rohmad, mengatakan, dirinya baru sebulan sampai di Melawi. Namun demikian dia juga sudah menggarap lahan di Ella Hilir. “Selama di sini saya hanya dua malam merasa tinggal di Pinoh, selebihnya berada di lokasi,” ungkapnya.
Rohmad mengungkapkan, kedatangannya ke Melawi sejatinya hanya untuk membeli peralatan bertani, seperti cangkul dan caping untuk penutup kepala. Namun tak disangka dia juga harus dievakuasi oleh aparat.
“Saya disuruh kemas-kemas barang disuruh pergi, padahal sebagian besar barang saya sudah ada di Ella sana, biarlah ditinggalkan saja. Karena tidak mungkin minta bantuan kawan-kawan yang ada disana sementara mereka sama-sama sibuk mengemas barang masing-masing,” tuturnya.
Rohmad mengungkapkan, lahan yang digarapnya di Ella Hilir adalah lahan jatah. Namun dia sendiri tidak tahu berapa luasnya, dia hanya sebagai penggarap lahan  karena memang sudah disediakan oleh ppengurus.
 
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved