Gerakan Fajar Nusantara

Badut Upin dan Ipin Hibur 640 Anak Pengungsi Eks Gafatar

Ada yang digendong meminta lebih dekat, hanya untuk sekedar menyentuh badut Upin dan Ipin

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ANESH VIDUKA
Badut Upin dan Ipin didatangkan ke lokasi penampungan eks Gafatar untuk menghibur anak-anak mereka, di Bekangdam XII Tajungpura, Jl Adisucipto, Kubu Raya, Kalbar, Kamis (21/1/2016). 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wajah anak-anak di pengungsian eks Gafatar tampak terlihat sedikit cerah, tatkala badut Upin dan Ipin serta sejumlah magician, yang dibawa oleh rombongan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kalbar beserta relawan Kalbar, dapat memberikan hiburan pasca terjadinya pengusiran paksa dengan aksi pembakaran di pemukiman mereka, Kamis (21/1/2015) sekitar pukul 13.15 WIB

Tawa lepas anak-anak terdengar, saat dapat bermain bersama badut Upin dan Ipin. Sementara yang berada di gedung, dengan didampingi orangtuanya, berusaha melihat lebih dekat kedua badut tersebut.

Ada yang digendong meminta lebih dekat, hanya untuk sekedar menyentuh badut Upin dan Ipin. Ada pula yang menyempatkan diri berusaha untuk bersalaman. Semua terlihat alami, senyum, tawa dan antusiasnya benar-benar lepas tanpa beban.

Tak jauh dari kerumunan anak yang bermain dengan badut Upin dan Ipin, para magician menampilkan aksi sulap. Ada yang menggunakan kartu, ada pula yang hanya dengan menggunakan tangan kosong. Namun, kembali terlihat senyum dan tawa anak-anak, saat tak bisa menebak sulap yang disuguhkan.

Ketua Pokja Data dan Informasi KPAID Kalbar, Alik R Rosyad mengungkapkan, dari data sementara sejumlah 1.119 orang warga di pengungsian Bekangdam XII/ Tanjungpura, ada sejumlah 370 orang laki-laki dewasa dan 312 orang perempuan dewasa, sedangkan sisanya sebanyak 437 orang masih berusia anak-anak.

"Kemudian di pengungsian sementara di Kompi Senapan B Yonif 643/ Wanara Sakti, ada 439 orang pengungsi, terdiri dari 114 orang laki-laki dewasa, 122 orang perempuan dewasa, serta sebanyak 203 orang yang merupakan anak-anak. Ini baru data sementara," ungkapnya

Sehingga, dari data sementara yang pihaknya miliki, sembari terus mengupdate data dan informasi. Alik menegaskan diperkirakan jumlah pengungsi usia anak, berkisar 30 persen dari keseluruhan pengungsi yang ada.

"Yang menjadi stres ini ada dua hal, pertama fisik dan kedua adalah psikis. Fisik tentunya yang perlu kami ingatkan adalah perlakuan terhadap anak harus berbeda, terutama dalam hal konsumsi misalnya," jelas Alik

Menurutnya, dari seluruh warga yang mengungsi ini, tentunya tidak bisa disamakan mengkonsumsi nasi bungkus dengan menu yang sama, karena ada pengungsi usia anak-anak, bayi dan balita.

"Itu yang terpenting, begitu pula dengan ibu hamil tentunya asupan gizinya harus lebih, dan ibu yang menyusui, karena kemarin kami melihat ada ibu-ibu yang menitip untuk dibelikan susu," terangnya

Maka, menurut Alik harus jelas sekali identifikasi jumlah anak dan usianya. Anak-anak yang berusia di bawah lima tahun tentunya perlu asupan gizi yang lebih, seperti susu atau suplemen lainnya yang bisa berupa biskuit atau roti.

"Ini yang perlu diperhatikan persoalan fisik pengungsi terutama anak-anak di sini. Kemudian persoalan psikis, makanya KPAID Kalbar bersama teman-teman relawan dan komunitas Kalbar, Dompet Ummat, Hypnoprana Indonesia, Stikes dan juga komunitas magic Kalbar, kami menghibur adik-adik di sini dengan membawa badut, aksi sulap," paparnya

Alik berharap, semoga dengan kontribusi kecil ini bisa meringankan trauma anak-anak di pengungsian. Ini merupakan proses trauma healing, yang menurutnya tidak bisa hanya dilakukan sekali saja, namun harus berkali-kali hingga para pengungsi dikembalikan ke tempat asalnya.

Untuk itu, Alik mengajak, bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Kalbar, terutama yang bergerak di bidang makanan (food), diharapkan dapat berkontribusi dengan menyisihkan dana Corporate Sosial Responsibility (CSR) perusahaannya.

"Produk-produk makanan, biskuit atau roti, kalau memang ada alokasinya harapan kami berikanlah di sini. Selain itu, kalau ada perusahaan penerbitan atau toko-toko buku, kami juga mengharapkan partisipasinya memberikan buku-buku bacaan, komik, intinya bacaan bagi anak. Ini nantinya memberikan efek bagus bagi anak," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved