Parit Pernah Jadi Urat Nadi Warga Pontianak
Keberadaan parit di Kota Pontianak yang membelah kampung membuat setiap perkampungan memiliki corak budaya tersendiri.
Penulis: Stefanus Akim | Editor: Jamadin
Aktivis LPS-AIR
Fathul Birri
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dalam rangka memperkuat program Urbanisme warga di Kota Pontianak, Lembaga Pengkajian dan Studi Arus Informasi Regional(LPS-AIR) mengadakan seminar dan penanda tangan nota kesepahaman program dengan pemerintah Kota Pontianak, Komunitas, dan perguruan tinggi di wilayah ini.
Kegiatan itu sudah dilaksanakan pada 29 Desember 2015 yang dihadiri oleh berbagai komunitas, akademisi, masyarakat, NGO, dan pemerintah Kota Pontianak.
Direktur LPS-AIR, Deman Huri, mengungkapkan, parit di Kota Pontianak pernah menjadi urat nadi kehidupan warga. Deman Huri menyebut parit sebagai alat transportasi, mandi, dan ruang publik.
"Maka dalam program Urbanisme Warga ini mengambil basis program adalah parit di Kota Pontianak. Keberadaan parit di Kota Pontianak yang membelah kampung membuat setiap perkampungan memiliki corak budaya tersendiri. Bahkan parit-parit yang ada di setiap kampung tersebut mampu menjadi identitas kampung itu sendiri," kata Deman Huri.
Tentunya warga kota pernah punya pengalaman dan pengetahuan dalam merawat parit, melalui pengetahuan tersebut, peran serta warga kota sangat penting untuk mengembalikan parit-parit di Kota Pontianak sebagai salah satu identitas; Kota Berbasis Parit.
Deman Menjelaskan, Parit di Kota Pontianak selain menjadi satu kesatuan wilayah ekologi Pontianak, juga punya peranan penting dalam menjaga ekosistem kawasan, dimana sebagian Kawasan Kota Pontianak merupakan wilayah rawa gambut. Sehingga keberadaan parit secara hidrologi, mampu menjaga keseimbangan sirkulasi air di Kota Pontianak.
"Peranan stakeholder pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, media sangat penting untuk mendorong semua kalangan berperan aktif menjaga keberadaan parit. Sehinggga parit sebagai landscape kebudaayan, landccape hidrologi dan ekologi bisa selaras dalam proses pembangunan Kota Pontianak sebagai identitas Kota Pontianak," urai Deman.
Dari hasil FGD di tiga kampung yang dilaksanakan oleh LPS-AIR dalam program Urbanisme Warga di tiga parit (Parit Banser, Parit Sungai Putat, Parit Tokaya) ada beberapa masalah yang dihadapi parit-parit tersebut. Pertama:hilangya habitat asli parit, kedua:proses pendangkalan dan penyempitan parit, ketiga:tingginya pencemaran parit yang menyebabkan hilangnya fungsi parit, keempat:menurunnya fungsi parit, kelima:menurunnya peranan masyarakat dan pemerintah dalam menjaga parit.
Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdy Kamtomo, yang turut hadir pada acara tersebut mengatakan, kota Pontianak pada saat ini terus berkembang. Pembenahan terus dilakukan termasuk mengembangan identitas-identitas kota, seperti Kota Khatulistiwa, Kota Seribu Parit, Kota Kebudayaan.
"Beberapa parit sudah mulai diperbaiki salah satunya Parit Sungai Jawi dan untuk mewujudkan waterfront city tepi sungai sudah dilakukan penataan," ujar Edi.
Edi mengatakan, untuk mewujudkan kota yang lebih maju diperlukan partisipasi warga. "Tidak mungkin pemerintah berjalan sendiri mewujudkan Kota yang lebih baik, perlu peran serta warga," jelas Edi.
Dengan penanta tanganan nota kesepahaman ini, kita berharap warga berpartisipasi dalam mewujudkan kotanya yang lebih baik. Terutama warga-warga sekita parit.
Nota kesepahaman Membangun Konsepsi Parit Sebagai Salah Satu Identitas Kota Pontianak,terdiri dari, pertama, penyusunan rumusan konsepsi parit sebagai identitas kota Pontianak, kedua: peletakan konsepsi parit sebagai identitas kota Pontianak menjadi aksi bersama para stakeholder, ketiga:saling membagi potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh stakeholder untuk mendukung terselenggaranya konsep parit sebagai identitas kota Pontianak, keempat:saling tukar informasi dan pengetahuaan melalui forum komunikasi konvensional dan digital.
Yang menanda tangani nota kesemapahaman terdiri dari, Wakil Wali Kota Pontianak mewakili Pemerintah Kota Pontianak , Direktur LPS-AIR mewakili Koalisi Urbanisme Warga Pontianak, Beny Tan Hery mewakili Forum Relawan , Ketua Forum RT Kota Pontianak, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Pontianak Heriyanto, Perwakilan Warga Kampung Bansir, Perwakilan Warga Parit Sungai Putat, Perwakilan Warga Parit Tokaya, dan Akademisi.
Lebih lanjut Deman Huri selaku Direktur LPS-AIR mengatakan, dengan dilakukan penanda tanganan nota kesepahaman ini, kita bersama-sama berkomitmen mewujudkan salah satu identitas kota Pontianak berbasiskan parit.
"Dengan basis pengetahuan warga kita wujudkan kembali bersama-sama parit di Kota Pontianak sebagai salah satu identitas Pontianak," kata Deman Huri.
Program dalam nota kesepahaman tersebut yang akan dijadikan pilot project adalah parit banser, parit Tokaya dan Parit Sungai Putat.
Syamhudi salah satu warga Sungai Putat mengatakan, dengan penanda tanganan nota kesepahaman ini kita akan bersama-sama mewujudkan parit-parit di Kota Pontianak sebagai salah satu identitas Kota Pontianak.
Syamhudi berharap, penanda tanganan ini bukan hanya diatas kertas saja. "Agar realisasi lapanganya segera dilaksanakan dengan rencana aksi yang dibuat secara bersama-sama," kata Yudi, panggilan akrab dari Syamhudi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/nota-bersama-s_20160104_204512.jpg)