Rumah Ludes, Fatimah Terpaksa Tak Berlebaran di Rumah

Muhammad Yusuf mengisahkan, malam itu tak biasanya ia tidur awal, setiap malam ia memang biasa tidur lebih larut, terutama sejak bulan suci Ramadan.

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Stefanus Akim
globalnews
Ilustrasi kebakaran 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Satu unit rumah yang berada di Komplek Karya Indah III blok A-B, RT 52/ RW 15, Jalan Karya ludes dilahap sijago merah, Rabu (15/7/2015). Kebakaran terjadi sekitar pukul 01.30 WIB dan menghanguskan rumah milik pasangan Muhammad (75) dan Fatimah (57) dan berhasil dipadamkan sekitar pukul 03.30.

Pantauan tribunpontianak.co.id, rumah tersebut tinggal puing-puing dan sebagian telah menjadi arang. Di ruang depan tampak berbagai jenis kue kering yang masih tertutup rapat di dalam toples kaca, sebagian di antaranya terkubur oleh arang.

Garis polisi tampak telah terpasang di depan rumah, pohon jambu yang berada di depan rumah menjadi saksi api membara yang menghanguskan rumah Muhammad Yusuf. Sementara di dalam rumah tersebut, tiga kendaraan roda dua tampak telah tak berwujud utuh, hanya rangka besi yang masih tersisa.

Menurut warga sekitar, Muhammad Yusuf dikenal warga sebagai satu di antara Imam surau di sekitar komplek perumahan tersebut. Kedua pasutri tersebut kini menumpang di rumah nomor 20 Blok A milik Ketua RT, Rusmanto. (BACA: Rumah di Jl Karya Ludes Terbakar)

Kepada tribunpontianak.co.id, Muhammad Yusuf mengisahkan bahwa api di duga berasal dari hubungan arus pendek listrik. Dugaannya tersebut cukup beralasan, karena api berasal dari arah depan, yang menurutnya memang tempat meteran listrik PLN terpasang.

"Kejadian sekitar 01.30, gara-gara listrik, api itu dari depan rumah, kata orang lihat dari meteran, ada orang liat kursi yang dibawah meteran, api jatuh seperti tetesan air."

Muhammad Yusuf mengisahkan, malam itu tak biasanya ia tidur awal, setiap malam ia memang biasa tidur lebih larut, terutama sejak bulan suci Ramadan.

"Saya juga biasa malam baru tidur, selain pulang tarawih dan tadarus, saya kadang sempat nonton tv dulu, tidur bentar baru sahur."

Dengan mengenakan kaos singlet putih dan bersarung kotak-kotak. Pria yang pensiunan TNI ini menegaskan bahwa seluruh dokumen miliknya ludes terbakar. Ia bahkan sempat mengungkapkan kebingungannya saat akan mengurus data dirinya nanti.

"Saya pensiunan rumah sakit tentara, habis semua Skep pensiun saya. Dokumen saya habis, tiga motor habis, pokoknya sama sekali habis, hanya beberapa pakaian yang bisa dibawa, yang penting nyawa saya dan istri saya selamat," ucapnya.

Diceritakannya, ia sempat nekat ingin membuka pintu depan rumah yang terkunci, namun kesulitan karena tetesan api dari atas pintu. Panas yang membakar leher hingga bahunya, membuatnya tersadar, ditambah teriakan istrinya untuk keluar melalui pintu belakang. Yang membuatnya tersadar untuk bergegas menyelamatkan jiwa ia dan istrinya.

"Saat kejadian saya dan istri sedang tidur, api tiba-tiba muncul dari depan, saya sempat coba membuka pintu depan, namun kesulitan memasukkan anak kunci ke pintu. Sementara tetesan api terus menjatuhi leher hingga bahu saya. Karena panas, akhirnya saya menyerah. Istri saya teriak agar saya keluar melalui pintu belakang," terangnya

Istrinya, Fatimah (57) menambahkan, bahwa ia sama sekali tak menduga kejadian tersebut. Selain dua hari lagi jelang lebaran, ia tak terpikirkan akan mengalami kondisi kehilangan harta benda.

Walau tak mengeluarkan air mata, sesegukannya tampak dalam setiap ucapan kisahnya kepada Tribun. Tampak kejadian tersebut memukul jiwanya, Fatimah masih terlihat trauma. Dengan mengenakan mukena, ia mengisahkan saat itu baru saja selesai salat tarawih, malam itu ia merasakan kantuk yang tak biasanya.

Namun betapa terkejutnya, saat ia terjaga dalam tidurnya telah melihat api menaiki alang kayu diatas rumah. Ia bergegas membangunkan suaminya, dan berusaha meminta pertolongan.

"Saya habis salat taraweh, mata ngantuk langsung tidur, biasa jam 2 itu kebangun, ini kok bisa tidur nyenyak sekali saya," ujar dia.

Pintu rumah yang terkunci, membuat suaranya kedap tak keluar. Sementara suara warga di luar, terdengar panik. Saat melihat usaha suaminya gagal membuka pintu depan, Ia lalu meminta suaminya untuk ikut keluar melalui pintu belakang.
"Begitu bangun, saya liat api sudah besar, sudah panas, saya bilang suami saya, sudah pak sudah takdir kita, saya langsung ajak suami saya kabur dari belakang," katanya.

Dijelaskan Fatimah, di rumah tersebut ia tak hanya berdua suaminya, ada keponakannya yang baru saja menginap di rumahnya. Dua anak keponakannya tersebut ikut tinggal di rumahnya.

"Kita berlima, saya sama suami saya, dan ponakan saya dengan dua anaknya usia 8 tahun dan 9 tahun,"kata Fatimah.

Dalam ceritanya, keponakannya tersebut beberapa waktu lalu juga mengalami nasib yang sama, 20 ruko miliknya terbakar. Dan yang menyedihkan justru kehidupannya jatuh berantakan.

Atas rasa iba, ia kemudian meminta keponakannya untuk ikut tinggal bersamanya. Namun ia menyesalkan, kini ia tak dapat memberikan harapan yang banyak kepada keponakannya tersebut. Kondisinya kini tak jauh berbeda, tak banyak harta benda yang bisa diselamatkan.

"Kehidupan ponakan saya hancur, bahkan setelah 20 ruko miliknya terbakar. Rumah dan harta benda lainnya ikut habis terjual. Karena kasihan, saya ajak tinggal di rumah. Tapi kini saya juga senasib dengannya," ujar Fatimah lirih.

Kedua pasutri itu, kini mengharapkan anaknya yang tinggal di Jl Danau Sentarum. Namun ia masih mempertimbangkan, saat Tribunpontianak.co.id mewawancarainya, satu warga yang dermawan tampak menawarkan solusi untuk tinggal sementara di ruko miliknya.

"Bapak dan ibu, silahkan untuk tinggal sementara di ruko saya, rukonya dua tingkat. Ibu mungkin bisa jualan, saya hanya bisa menawarkan, keputusannya bapak dan ibu yang menentukan," ungkap pria berpakaian salat lengkap dengan ramah.

Pria yang enggan diekspos media saat memberikan bantuan tersebut, beberapa kali menenangkan kedua pasutri tersebut. Ia mengisahkan bahwa keduanya harus tenang dan tabah. Karena hal tersebut merupakan ujian dari Allah SWT.

"Dulu saya pernah jatuh juga, tapi itulah kehidupan, kita tak pernah mengetahui rahasia Allah SWT, ketika saya diberi ujian, saya langsung sadar. Tahun itu juga Allah SWT membantu kembali kehidupan saya," pungkasnya menenangkan kedua pasutri tersebut.

Tidak ada korban jiwa akibat dari kebakaran ini, kerugian yang dialami juga belum dapat ditaksir pemilik rumah. Kondisi area kawasan tersebut merupakan perbatasan Kecamatan Pontianak Selatan dan Pontianak Kota, yang juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Kubu Raya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved