Furious 7 dan Nilai Kebajikan di Balik Wajah Ganteng Paul Walker
Paul membawakan nilai-nilai langka yang seharusnya memang tidak boleh hilang ketika masyarakat merasa makin ”modern”.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sejak diputar secara internasional awal April ini, film Fast and Furious 7 semakin banyak penontonnya. Mulai dari Amerika, Eropa, Asia, hingga Australia, jumlah penonton dari hari ke hari memecahkan rekor.
Dalam jangka waktu itu pula, film produksi Universal Pictures ini di luar Amerika (termasuk Indonesia) juga mencetak rekor penonton. Setelah empat hari diputar, Fast and Furious 7 (FF 7) memperoleh pendapatan dari 64 negara senilai 245,05 juta dollar AS. Jumlah itu hanya kalah dari Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 (314 juta dollar AS) dan Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides (260,4 juta dollar AS).
Diperkirakan film yang dibintangi Paul Walker, Vin Diesel, Michelle Rodriguez, Tyrese Gibson, dan Jason Stantham ini akan memperoleh pendapatan lebih dari 1 miliar dollar AS. Tentu mereka yang terlibat dalam pembuatan film tersebut senang. Tak ada masalah dengan hancurnya lebih dari 230 mobil serta biaya sekitar 350 juta dollar AS untuk pembuatan film tersebut.
Sebagai tontonan, FF 7 menarik banyak orang untuk meluangkan waktu pergi ke bioskop secepatnya. Tak beda dengan film Hollywood lain, FF 7 penuh dengan pameran teknologi paling mutakhir, kemewahan kendaraan roda empat, imaji yang tak terbatas (mobil terbang dari satu puncak hotel ke hotel lain yang berdekatan, terjun payung dengan mobil), dan aksi yang tiada henti sejak menit pertama. Jalannya cerita tak menawarkan bahan yang layak untuk didiskusikan.
Karakter Paul
Film dengan tema kebut-kebutan itu dibuat sejak tahun 2001. Aktor utama yang terlibat mulai pertama kali, Paul Walker, akhir November tahun 2013 meninggal karena kecelakaan mobil pada saat pengambilan gambar FF 7 baru setengah jalan.
Karakter dan perbuatan Paul di luar film sampai tingkat tertentu berhasil mempromosikan film aksi tersebut pada segmen yang mungkin tidak menyenangi kekerasan atau kendaraan mewah.
Di balik wajah ganteng dan mata biru, Paul ternyata sangat peduli dengan penderitaan orang lain, tanpa memandang suku, bangsa, atau agama. Lebih dari itu, ia juga tak sekadar menuliskan cek sumbangan dari kantong pribadinya.
Ia terjun langsung ke lapangan, ikut menggotong korban bencana, atau menggergaji pohon tumbang akibat tornado di Tuscaloosa, Alabama, AS, tahun 2011.
Pria yang sangat mencintai Meadow Walker, putri tunggalnya, itu bersama dengan temannya yang juga meninggal dalam kecelakaan mobil, Roger Rodas, mendirikan organisasi untuk menolong korban bencana, Reach Out Worldwide (ROWW).
Organisasi yang didirikan tahun 2010 ini sudah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan penggalangan dana (fundraising) untuk menolong korban bencana, mulai dari gempa Haiti sampai topan Haiyan di Filipina. Bahkan, kecelakaan mobil itu terjadi saat Paul dan Rodas sedang mengadakan acara penggalangan dana bagi korban topan Haiyan.
Paul dan Indonesia
Sentuhan Paul juga langsung mengenai Indonesia, yaitu ketika dia mengajak masyarakat internasional mendukung pencegahan perusakan terumbu karang di Mentawai, Sumatera Barat. Dengan campur tangan Paul, pengeboman terumbu karang di perairan Mentawai bisa diakhiri.
Satu sifat kebajikan Paul yang baru terungkap setelah dia meninggal adalah ketika dia membantu seorang prajurit AS membelikan cincin untuk kekasihnya tanpa diketahui pasangan tersebut.
Hal itu diungkapkan Irene King, penjual perhiasan di Santa Barbara, AS, kepada CNN, beberapa saat setelah Paul meninggal. Waktu itu, Paul sedang belanja di toko, bersamaan dengan prajurit Amerika yang baru pulang dari tugas di Irak. Prajurit itu bersama dengan tunangannya melihat-lihat cincin perkawinan.
Si perempuan melihat cincin yang sangat disukainya, tetapi prajurit itu tak mampu beli. Ternyata harga cincin itu 10.000 dollar AS.