Liputan Khusus

Rabies Hantui Ketapang dan Melawi, Sudah 18 Orang Meninggal

Upaya pemusnahan anjing-anjing liar pun terus dilakukan. Kendati begitu, baik Pemkab Ketapang maupun Melawi, belum menetapkan status KLB.

Editor: Mirna Tribun
Net
Ilustrasi anjing gila. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi dan Ali Anshori

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,KETAPANG - Rabies menghantui dua wilayah di Kalbar, Ketapang dan Melawi. Sejak pertengahan 2014, sedikitnya tercatat 154 kasus, dengan 18 orang meninggal di dua daerah tersebut.

Upaya pemusnahan anjing-anjing liar pun terus dilakukan. Kendati begitu, baik Pemkab Ketapang maupun Melawi, belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) untuk mengatasi rabies.

Jaimah (40), warga Dusun Pesakan, Desa Deranuk, Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, masih ingat betul bagaimana rabies merengut nyawa sang adik, Nurhayati (31).

Nurhayati meninggal di Ruang UGD RSUD dr Agoesdjam Ketapang, 17 Desember 2014. Sebulan sebelumnya, Nurhayati digigit anjing. "Saya sebenarnya, tak tega menceritakannya," kata Jaimah saat ditemui Tribun di rumahnya di Dusun Pesakan, Sabtu (24/1/2015).

Ia menuturkan, saat itu, Nurhayati sedang membuat pagar untuk bebek di belakang rumah. Tiba- tiba ada seekor anjing yang hendak menggigit keponakannya. "Anjing itu dia kejar dan hendak dipukul. Namun, anjing malah menggigit jari kanannya hingga nyaris putus. Telunjuk kirinya juga nyaris putus. Anjing itu kemudian dikejar dan dibunuh," kenang Jaimah.

Sejak gigitan tersebut, Nurhayati tak merasakan ia sakit parah. Bahkan, ia mengira sudah sembuh karena luka di jarinya sempat mengering. "Sejak kena gigitan tak ada efek samping. Sakit bagaimana pun tak ada. Biasa-biasa saja. Jarinya sembuh. Kalau ngomong sebagus-bagusnya, tak ada istilahnya dikira mau meningal," ujarnya.

Nurhayati baru jatuh sakit pada 28 hari setelah digigit. Ia sakit parah. "Pas mulai sakit-sakit, dia bilang tak pernah sakit macam ini. Kita bawa ke Puskesmas Riam, positif gigitan anjing. Kita bawa ke Ketapang pun (RSUD Agoedjam. Red), positif gigitan anjing. Terus kata dokter, tak ada jaminan lagi. Semua harus ikhlas. Di Agoesdjam hanya sehari semalam, terus meninggal," papar Jaimah.

Ia mengaku sangat kecewa karena pada saat penanganan awal, bidan tak memberikan vaksin rabies. Padahal, ia sudah memintanya.

Katanya, vaksin masih di Pontianak. Dua hari sebelum meninggal, Jaimah menjelaskan adiknya takut sama air.

Selain warga Dusun Pesakan, anjing juga menggigit Endar Yanto (30), warga Dusun Deranuk, Desa Deranuk, Jelai Hulu. Endar digigit anjing pada 2 Januari. Sepekan setelah gigitan tersebut, ia hilang ingatan. "Sampai sekarang, badan saya masih ada rasa ngilu," kata Endar yang ditemui di rumahnya Dusun Deranuk.

Endar merasa tangan kirinya langsung pegal setelah digigit anjing. Malam harinya, ia demam cukup parah. Pada hari kedua dan ketiga, Endar merasakan seluruh badannya pegal-pegal. "Akhirnya hari kelima, nafas saya sesak. Kaki ini ke luar keringat dingin terus. Ada rasa sakit di belakang kepala. Itu yang buat saya tak mampu hingga hilang ingatan," ujarnya.

Hilang Ingatan

Pada hari kelima ia pergi ke Puskesmas Riam. Namun vaksin rabies habis. Ia lantas ke Puskesmas Marau dan disuntik rabies sekali. Setelah itu, dirujuk ke Ketapang.

Pada hari ketujuh, saat hendak berobat ke RS Fatima Ketapang, ia sudah tidak ingat apa-apa lagi. "Pas berangkat saya sudah hilang ingatan. Sampai rumah sakit malam. Paginya baru saya tahu sudah dirawat," imbuh Endar.

Menurut tim medis RS Fatima, Endar tergolong beruntung karena belum terlambat ditangani. "Kalau lewat satu bulan, sudah tak bisa diatasi lagi. Tapi kalau sepekan masih bisa, kata dokter masih belum terlambat. Hanya, dokter tak mengatakan rabies," tegasnya.

Tidak hanya di Ketapang, rabies juga mengancam warga Melawi. Bahkan, trauma masih menghantui Rabudin (39), warga Desa Sawah Tunjuk, Kecamatan Tanah Pinoh, Melawi. Betapa tidak, tiga anggota keluarganya, terkena gigitan anjing gila yang diduga mengandung virus rabies.

Peristiwa itu terjadi November silam saat anaknya, Raudatul (8), bermain di halaman rumah. Tiba-tiba seekor anjing menggigit pergelangan tangannya. Sang Nenak, Sawiah langsung menolong cucunya tersebut.

Nahas, Sawiah malah digigit juga. "Anak saya teriak-teriak minta tolong. Neneknya mau nolong, ternyata kena gigitan anjing yang menggigit anak saya itu juga," kata Rabudin saat ditemui di kediamannya, Minggu (25/1/2015).

Musibah tak sampai di situ. Kali ini adik ipar Rabudin, Ali Firmansyah, yang giliran digigit anjing saat sedang berjalan kali. Beruntung ketiganya, selamat setelah mendapat pengobatan di puskesmas. "Alhamdulillah sehat.

Namun terkadang, mereka mengeluh badannya nyeri-nyeri, kadang juga menggigil," kata petani ladang ini.

Meski begitu, Rabudin mengaku hingga saat ini, masih khawatir dengan nasib ketiga kaluarganya itu. Apalagi, beberapa warga digigit anjing, meninggal. "Sudah tiga kali berobat, karena memang kadang-kadang anak saya masih suka menggigil. Kita harap pemerintah atau Dinas Kesehatan bisa memberikan pengobatan kepada anak dan ibu kami," pintanya.

Raudatul yang ditemui Tribun, terlihat biasa saja. Ia mengaku sudah lebih sehat. Tidak seperti saat terkena gigitan dulu, di mana ia merasakan tubuhnya panas dingin.
Anjing Liar

Suasana Desa Sawah Tunjuk, Desa Kota Baru, Desa Batu Begigi Kecamatan Tanah Pinoh, berubah drastis sejak adanya kasus anjing gila. Tidak ada lagi terlihat anjing berkeliaran di dekat permukiman penduduk.

Sebab, jika ada anjing berkeliaran warga langsung membunuhnya. "Sekarang tidak terlihat lagi ada anjing berkeliaran di sini. Jadi warga sudah agak tenang. Memang saat kejadian beberapa waktu lalu, kami sempat khawatir jadi korban.

Makanya, setiap melihat anjing langsung kami bunuh," kata Haniyah, warga Desa Sawah Tunjuk.

Haniyah menuturkan di Desa Sawah Tunjuk ada tiga kasus gigitan ajing. Satu di antaranya meninggal. "Yang meninggal itu Pak Juanda. Umurnya 50 tahun. Kondisi ekonominya pas-pasan. Saat meninggal, bagian tubuhnya yang terkena gigitan, biru," ujar Haniyah.

Warga Desa Batu Begigi, Herwan, menambahkan rabies di daerahnya sudah dilaporkan warga pada September 2014. Sayangnya, saat itu pemerintah tidak terlalu tanggap. Bahkan menganggap kasus rabies hanya kebetulan.

"Kalau kebetulan tidak mungkin sampai berturut-turut. Padahal kami sudah menyampaikan ciri-cirinya sama dengan orang yang terkena rabies. Sekarang saja pemerintah baru sibuk setelah kasusnya merebak," tutur Herwan.

Herwan menjelaskan ada satu anak di desanya yang terkena gigitan anjing. Kondisinya berubah drastis. Perilakunya aneh. "Kalau diberi makan itu langsung diterkam. Jadi agak garang," katanya.

Dari informasi yang dihimpun, anjing yang menggigit warga ternyata mayoritas bukan anjing milik warga sekitar. Jaimah, warga Dusun Pesakan, Desa Deranuk, Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, menyebut, anjing yang mengigit adiknya berasal dari luar daerahnya. "Anjing itu dari luar.

Baru datang tiba-tiba, lari-lari. Orang di sini, ada juga memelihara anjing. Tapi tak ada yang gila," tegas Jaimah.

Penuturuan Jaimah diamini warga Dusun Pesakan lainnya, Supardio (40). Ia menjelaskan, anjing yang menyerang warga tidak diketahui asal usulnya. Tiba-tiba sudah masuk kampung. Setelah gigitan anjing liar merenggut nyawa adik Jaimah, Nurhayati, warga pun ketakutan.

"Sampai sekarang, kalau ada anjing dari luar masuk ke kampung ini, rasanya takut saja. Warga banyak yang sudah bunuh anjing, yang berkeliaran ditembaknya," kata Supardio.

Terus Bertambah

Berbeda dengan penuturan Endar Yanto (30), warga Dusun Deranuk lainnya. Ia mengaku anjing yang menggigitnya sudah ada di daerah di mana ia digigit. Namun, belakangan anjing tersebut sering mengejar orang. "Satu orang ada dikejarnya, kemudian orang sebelah kampung kami, juga dikejar anjing yang sama. Baru saya yang digigitnya. Anjing gigit tangan kiri saya," katanya.

Terkait pengawasan terhadap anjing liar ini, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Ketapang, Edi Sujarwo, mengaku sudah menerima Surat Edaran Bupati Ketapang beberapa waktu lalu.

Isinya menutup wilayah antara Ketapang dan Kalteng dengan melarang keluar masuknya anjing, kucing, dan kera dari dan ke Kalteng. Di antaranya di Jelai Hulu dan Manis Mata. Vaksin juga diberikan kepada warga yang digigit anjing.

Sedangkan pemusnahan terhadap anjing liar hingga saat ini masih berlangsung. "Jika semua dijalankan dengan baik, sebulan kedepan Ketapang akan bebas rabies," ujar Edi.

Untuk pemusnahan anjing, dilakukan di Jelai Hulu, Manis Mata, Tumbang Titi, dan Air Upas dengan cara ditembak. Ia memperkirakan jumlah anjing liar tersebut sekitar 100 ekor. Tak hanya Dinas Pertanidan dan Peternakan, Dinas Kesehatan Ketapang juga berjibaku menekan rabies.

Kasi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi Dinas Kesehatan Ketapang, Ardi, mengungkapkan korban rabies saat ini terus bertambah.

Pada 23 Desember 2014, sebanyak 70 orang digigit anjing yang diduga rabies. Dari jumlah tersebut, enam meninggal dengan tiga di antaranya anak-anak di bawah 15 tahun. Per 31 Desember, korban gigitan anjing menjadi 86 orang.

Korban meninggal bertambah menjadi 7 orang. Korban Virgo (6), warga Jelai Hulu yang digigit 22 November. Ardi menjelaskan kasus terbanyak di Jelai Hulu. Ddari 86 kasus, 68 kasus terjadi di Jelai Hulu dengan enam orang meninggal. Selebihnya di Manis Mata (9 kasus), Air Upas (2 kasus), dan Tumbang Titi (7 kasus).

Sama seperti Dinas Kesehatan Ketapang, Dinas Kesehatan Melawi juga terus melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani rabies. Kepala Dinas Kesehatan Melawi, Simson, menyebutkan hingga Minggu (25/1), tercatat ada 62 warga telah terpapar rabies.

Dari jumlah tersebut 7 di antaranya meninggal dunia. "62 kasus tersebut menyebar di beberapa kecamatan," ujar Simson.

Ia menjelaskan di Sokan ada 12 kasus dengan 1 meninggal dunia. Di Tanah Pinoh ada 12 kasus dengan dua orang meninggal. Di Tanah Pinoh Barat, ada 4 kasus dan satu meninggal dunia. Sementara di Sayan ada 14 kasus dengan tiga orang meninggal. Di Kecamatan Belimbing Hulu ada 15 kasus dan menjadi kecamatan dengan korban rabies terbanyak.

Di Pinoh Selatan 1 kasus, Belimbing 1 kasus, dan Ella Hilir ada 2 kasus. Simson menegaskan Dinas Kesenatan mendorong pemerintah menetapkan rabies sebagai KLB, mengingat hasil penelitian Balai Veteeriner Banjar Baru mengungkapkan, pemeriksan anjing yang melakukan gigitan di Desa Manggala, Kecamatan Pinoh Selatan, dinyatakan positif rabies.

"Selain itu, jumlah kasus dan angka kematian yang cukup tinggi di Melawi, membuat pemerintah mesti menyatakan KLB," tegasnya. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved