Pria Muslim Mali yang Selamatkan Sandera di Paris Diberi Kewarganegaraan

"Saya membantu warga Yahudi. Kita semua bersaudara," kata Bathily kepada BFM TV. "Ini bukan pertanyaan apakah kita Yahudi, Kristen atau Muslim."

Editor: Stefanus Akim
AFP
SELAMTKAN SANDERA - Lassana Bathily asal Mali, karyawan Muslim yang membantu sejumlah pembeli Yahudi bersembunyi di sebuah ruang penyimpanan berpendingin dari seorang teroris dalam serangan pada 9 Januari lalu, saat difoto di Paris hari Kamis (15/1/2015). 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PARIS - Keberanian Lassana Bathily (24), seorang pria Muslim asal Mali berbuah manis. Ia akan mendapatkan kewarganegaraan Prancis, setelah aksinya menyelamatkan para pembeli di toko swalayan tempat ia bekerja dengan cara menyembunyikan di ruang pendingin toko. Departemen Dalam Negeri Perancis mengemukakan hal itu, Kamis (15/1/2015).

Kejadian bermula saat dua orang bersenjata membunuh beberapa sandera di toko swalayan Yahudi di Prancis pada Jumat pekan lalu itu.

Lassana Bathily yang bekerja di toko tersebut menyembunyikan beberapa orang di ruang pendingin toko, mematikan pendingin dan lampunya dan mengatakan kepada para pembeli di toko "Hyper Cache" itu untuk tetap tenang.

Lassana Bathily kemudian melarikan diri melalui lift barang untuk mencari pertolongan. Setelah sebelumnya dicurigai sebagai kaki tangan penyandera, ia menginformasikan kepada polisi bahwa ia pegawai toko, sementara empat sandera Yahudi dibunuh sebelum polisi menembak sang penyandera, Amedy Coulibaly, warga Perancis yang juga keturunan Mali.  

"Saya membantu warga Yahudi. Kita semua bersaudara," kata Bathily kepada BFM TV. "Ini bukan pertanyaan apakah kita Yahudi, Kristen atau Muslim. Kita semua sama."

Sebuah petisi kemudian muncul di Perancis pekan lalu untuk memberi Bathily status kewarganegaraan.

"Sebagai kelanjutan aksi keberanian Bathily pada penyanderaan yang berlangsung di Hyper Cacher pada 9 Januari, Departemen Dalam Negeri memutuskan untuk mempercepat prosesnya menjadi warga negara," ujar Departemen Dalam Negeri dalam pernyataan mereka.

Sebuah upacara resmi akan diadakan pada 20 Januari. Pekan lalu, 17 orang tewas dalam aksi kekerasan yang berlangsung tiga hari yang dimulai dengan serangan terhadap tabloid satire Charlie Hebdo dan berakhir dengan penyanderaan ganda di sebuah percetakan dekat Paris dan di toko swalayan Yahudi di dalam Paris.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved