Editorial
Menunggu Kabinet Kerja
Secepatnya, secepatnya," kata dia. Jokowi memastikan calon menterinya sudah melalui proses seleksi jejak rekam yang ketat.
Penulis: Ahmad Suroso | Editor: Jamadin
SEKALI kita bersyukur transisi kekuasaan pada 20 Oktober 2014 berlangsung mulus, menunjukkan kian matangnya demokrasi Indonesia. Bukan hanya di tingkat elit politik, namun juga menjadi milik masyarakat. Sejak pagi hingga malam, lautan manusia menyemut di sepanjang jalan sejauh 3 kilometer dari Bundaran HI Jalan MH Thamrin hingga Tugu Monas, dan di berbagai daerah di Jawa, Bali dan lainnya.
Namun Syukuran Rakyat sebagai eforia menyambut datangnya pemimpin baru pada 20 Oktober itu harus berakhir. Dan selanjutnya kita harus siap untuk menyingsingkan lengan baju, sebagaimana ditekankan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato pertama usai dilantik di gedung MPR, untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Bekerja, keras keras dan gotong royong menjadi pesan penting.
Presiden ketujuh RI itu sudah menunjukkan pentingnya untuk segera bekerja. Di tengah pesta rakyat seharian, Jokowi menyempatkan diri untuk menerima tamu negara seperti Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, PM Australia Tony Abbott., PM Singapura Lee Hsien Loong, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Joh n Kerry.
Jokowi memang bekerja maraton sejak hari pertama resmi menjadi presiden. Seakan tak kenal lelah, ia melakukan sejumlah kegiatan sejak Senin pagi, dilanjutkan siang, larut malam. Bahkan hingga Selasa (21/10) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, mantan Gubernur DKI Jakarta itu terus bekerja menerima tetamu dan menyeleksi calon menteri. Jokowi bekerja kurang lebih 22 jam.
Namun, Jokowi tak mau mengungkapkan siapa saja sosok yang dipilih sebagai menteri-menterinya. Jokowi juga belum mau memberikan kepastian kapan pengumuman kabinet akan dilakukan. "Secepatnya, secepatnya," kata dia. Jokowi memastikan calon menterinya sudah melalui proses seleksi jejak rekam yang ketat. Ia sudah memberikan nama calon menteri kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Komisi Pemberantasan (KPK).
Jokowi akan membentuk kabinet yang dinamai Trisakti. Kabinet Trisakti terdiri atas 33 orang menteri, dengan empat orang di antaranya menteri koordinator. Latar belakang para menteri itu berasal dari profesional dan 15 profesional dari partai politik yang menjadi pendukungnya saat pemilihan presiden lalu.
Negeri ini membutuhkan sumbangan tenaga dari warga untuk mau bekerja membangun negeri. Semua komponen bangsa harus bergegas membangun negeri ini. Kita harus menyadari bahwa tidak banyak lagi ruang yang kita miliki untuk bisa bersantai-santai. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam kondisi kritis karena pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.
Semua pihak sudah semestinya bisa memberikan kontribusi yang positif. Kuncinya seperti dikatakan Jokowi tidak ada lain dengan kerja, kerja, dan kerja, sebagaimana tecermin dalam pidato pertama, kata bekerja 17 kali terucap dari lisan Jokowi. Kita mendukung langkah Presiden Jokowi untuk segera bekerja mengelola ekspektasi masyarakat.
Caranya, Presiden Jokowi harus segera mengumumkan kabinet yang akan membantunya merealisasikan rencana kerjanya, lebih cepat lebih bagus, syukur hari ini bisa diumumkan. Supaya tekad Jokowi ingin segera membangun kabinet kerja, yang perencanaannya harus sudah operasional, tidak lagi di tatatan konsep, wacana atau program makro bisa segera direalisasikan. Kementerian yang ada tidak bisa dibiarkan terlalu lama berada dalam kondisi demisioner.
Namun harus diakui tidak mudah untuk memilih kandidat menteri di tengah situasi pemerintahan yang tidak didukung oleh suara mayoritas di parlemen, dimana unsur pimpinannya disapu bersih oleh Koalisi Merah Putih.
Seperti disampaikan Jokowi, kendati kabinet kerjanya berisi orang bersih dan profesional, itu belum cukup. Dibutuhkan menteri tangguh untuk menghadapi serangan parlemen. Belum lagi Jokowi harus mempertimbangkan latar belakang daerah, agama, suku dan lainnya yang penting untuk menjaga keseimbangan.
Lebih dari itu, yang hampir pasti menteri-menteri di kabinet Jokowi-JK harus bisa mengikuti gaya presidennya, suka blusukan ke bagian masing-masing. (Tribun Cetak)