Editorial

Menunggu Layanan Optimal PLN

Pengamat energi, Iwa Garniwa, menilai kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) memang wajar dilakukan.

Editor: Jamadin

MULAI 1 Juli rencannya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik akan menandatangani Peraturan Menteri ESDM tentang Kenaikan Tarif PLN. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan kenaikan tarif listrik ini diharapkan memberikan perbaikan arus kas bagi PT PLN (Persero) dan jaminan keberlanjutan penerimaan PLN.

Kenaikan tarif ini, juga menurut Jarman sudah disepakati pemerintah dan DPR dalam APBN-P 2014. Dengan demikian, jadwalan kenaikan tarif ini tidak bisa diundur lagi.

Tarif listrik dari enam golongan pelanggan PLN akan naik secara bertahap setiap dua bulan mulai 1 Juli 2014 hingga November 2014.

Pengamat energi, Iwa Garniwa, menilai kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) memang wajar dilakukan. Pasalnya, biaya pokok produksi listrik yang dikeluarkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) lebih besar ketimbang harga jual listrik.

Hal menyebabkan PLN mengalami kerugian dan subsidi akan membengkak. Menurut dia, kenaikan TDL tidak akan memberatkan masyarakat karena yang kena masyarakat yang tergolong mampu.

Namun ia mengingatkan penyesuaian tarif listrik harus diimbangi dengan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Artinya, PLN harus semaksimal mungkin berusaha agar tidak lagi terjadi byarpet.

Namun di tengah rencana kenaikan tersebut, warga Kalbar dibikin repot oleh PLN yang sering padam. Bahkan PLN padam di saat-saat listrik sangat dibutuhkan misalnya jelang berbuka puasa.

Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya bahkan mengaku kecewa pada pelayanan PT PLN (Persero) Area Pontianak. Wagub mendesak mendesak agar PLN bekerja profesional.

Wagub meminta agar PLN tak melakukan pemadaman listrik saat Ramadan karena sangat menggangu pelaksanaan ibadah puasa.

PLN beralasan mesin Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Siantan berkapasitas 30 Mega Watt (MW) mengalami kerusakan pada Jumat (27/6). Akibatnya PT PLN (Persero) Area Pontianak melakukan pemadaman listrik pada Sabtu dan Minggu.

Tak persoalan kerusakan mesin, PLN juga mengakui terus menipisnya stok bahan bakar jenis Marine Fuel Oil (MFO) yang digunakan untuk menggerakkan mesin pembangkit. PLN beralasan untuk sistem Khatulistiwa mesin pembangkit berbahan bakar MFO mencapai 161 MW dan yang berbahan bakar HSD atau solar mencapai 101 MW.
Dalam enam bulan terakhir, kenaikan beban hampir 20 MW yang mengakibatkan PLN setiap jamnya harus menambah sekitar 5 KL (5.000 liter) setiap jam. Satu hari sekitar 120 KL atau setara dengan 120.000 liter yang digunakan.

Pemadaman tersebut tentu saja menuai kritik dari warga. Mereka berharap PLN memberikan layanan yang maksimal kepada mereka. Apalagi kenaikan tarif sudah dilakukan, maka harus diimbangi dengan layanan yang baik pula.

Harapan kita di saat umat Muslim melaksanakan ibadah seperti saat ini, PLN bisa memberikan layanan optimal. Sehingga umat bisa khusyuk menjalankan ibadahnya dan tak terganggu dengan pemadaman. (Tribun Cetak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved