Selamatkan Perempuan dari Kanker Serviks
Jika merasa keberatan untuk tes pap smear yang tergolong mahal.
KANKER serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim, merupakan satu di antara penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum perempuan.
Dari sekian banyak penderita kanker di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiganya. Dan dari data WHO tercatat setiap tahun ribuan perempuan meninggal karena penyakit kanker serviks. Jenis kanker ini menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian perempuan di dunia.
Dr Purwitasari AP, Dokter Teladan Tingkat Kota Pontianak 2014 ini, mengatakan pada dasarnya kanker serviks dapat dicegah sedini mungkin, selama mereka melakukan pemeriksaan rutin setiap tahun.
"Kebanyakan perempuan yang datang mengeluh dan berobat ke kita, mereka yang sudah mengidap kanker pada stadium lanjut. Tentu saja sudah sulit untuk diobati," tutur dokter yang bertugas di Puskesmas Siantan Hilir itu, Rabu (4/6/2014).
Dia menyayangkan banyak yang menganggap remeh gejala awal dari kanker ini. Mereka merasakan tidak terjadi apa-apa, sehingga merekapun malas untuk melakukan pemeriksaan.
Kanker serviks membutuhkan proses yang sangat panjang, yaitu 10 hingga 20 tahun untuk menjadi sebuah penyakit. Awal mulanya, hanya dari sebuah infeksi. Olehkarena itu, saat awal tahap perkembangannya, akan sulit dideteksi.
Meskipun sulit dideteksi, namun ciri-ciri mereka yang mengidap gejala kanker serviks bisa menjadi petunjuk ke arah sana. Seperti saat berhubungan intim selalu merasakan sakit, bahkan sering diikuti adanya pendarahan, mengalami keputihan yang tidak normal disertai pendarahan dan jumlah yang berlebih, sering merasakan sakit pada pinggul, atau pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih.
Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah buang air kecil, dan mengalai pendarahan spontan.
Oleh sebab itu, ia menyarankan para perempuan, untuk melakukan pemeriksaan tes pap smear atau test IVA (Inspeksi visual dengan asam aset), setidaknya setahun sekali. Dengan tes ini, dapat mendeteksi sel-sel epitel leher rahim yang berpotensi untuk berubah menjadi lesi prakanker, sebelum menjadi kanker leher rahim.
"Jika merasa keberatan untuk tes pap smear yang tergolong mahal. Maka bisa tes IVA di puskesmas-puskesmas terdekat. Semua puskesmas menyediakannya. Apalagi jika ada KTP Pontianak, tentu gratis," tuturnya.
Tes IVA dapat dilakukan oleh dokter kandungan dan ahli medis (dokter umum dan bidan) yang telah terlatih. Untuk mengetahui hasilnya, tak perlu memakan waktu lama.
"Hanya membutuhkan satu menit kita sudah bisa mengetahui hasilnya. Pemeriksaannya dilakukan dengan alat speculum, kemudian mulut rahim diteteskan asam cuka yang sudah dilarutkan semenit sebelumnya. Nanti akan tampak, apakah mulut rahimnya ada tanda flek seperti gambaran putih. Jika ada maka orang itu dikatakan telah berada pada sel prakanker," terangnya.
Mereka yang berada pada stadium sel prakanker, masih bisa disembuhkan. Penyembuhannya dilakukan dengan cryotherapi. Yakni mulut rahim akan dibekukan selama 40 hari. Dan selama itu, pasien tidak boleh berhubungan intim.
Pemeriksaan IVA jika dibandingkan dengan pap smear, tes pap smear dapat memberikan hasilnya yang lebih lengkap. Tak hanya lesi prakanker yang dapat diketahui tapi juga dapat mengetahui apakah orang tersebut terkena infeksi menular seksual, dan kuman-kuman yang ada di dalamnya.
"Namun pada intinya, dengan diketahuinya lensi prakanker saja, sudah bisa membantu kita untuk meng-cut kanker serviks," ucapnya.
Dari hasil pemeriksaan pasien yang langsung ditanganinya dari rumah ke rumah dan yang datang ke puskesmas, sejauh ini masih sedikit perempuan yang mengarah pada lensi prakanker. "Dari Januari sampai April baru dua yang mengarah pada sel prakanker. Dan itupun sudah kita obati dengan crayoteraphy," imbuh ibu tiga anak itu.
Ia berharap, kesadaran para perempuan di dunia ini, khususnya di Kalimantan Barat, bisa lebih tinggi untuk melakukan pemeriksaan secara rutin. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Jangan takut dan malas untuk memeriksakan diri Anda. Kesehatan lebih penting dari segalanya. (Tribun Cetak)