Editorial
Lega Pilpres Satu Putaran
Seperti diketahui, pemilu di Indonesia sangat mahal dari segi pendanaan.
Setelah melalui menit-menit yang menegangkan, akhirnya teka-teki siapa pasangan capres- cawapres yang akan maju berlaga pada pemilihan presiden 9 Juli mendatang terjawab sudah. Ini setelah Partai Golkar dan Partai Demokrat yang digembar-gemborkan membentuk poros baru dengan mengusung bakal capres ketiga setelah Joko Widodo dan Prabowo Subianto, tak mencapai kata sepakat.
Partai Golkar yang sebelumnya ngotot mengajukan Ketumnya Aburizal Bakrie sebagai capres atau minimal cawapres, pada last minute Rapimnas Golkar memutuskan bergabung mendukung pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, setelah sebelumnya intens menjalin komunikasi politik dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri dan Capres Jokowi.
Sementara, Partai Demokrat yang semula santer diberitakan akan membentuk poros baru dengan Partai Beringin, ternyata melalui forum Rapimnas Demokrat yang berakhir Senin (19/5/2014) malam memutuskan bersikap netral. Tidak bergabung dua kubu koalisi yang sudah mendeklarasikan capres-cawapresnya. Dengan bergabungnya Golkar ke kubu Prabowo-Hatta Rajasa, pupus sudah harapan Partai Demokrat bisa mengusung poros ketiga.
Dua pasangan capres sudah mendeklarasikan diri Senin (19/5). Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang diusung PDIP, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura di Gedung Joang 45, Jakarta. Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang diusung Gerindra, PAN, PPP, dan PKS serta didukung PBB dan Golkar di Rumah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur. Deklarasi Jokowi-Jusuf Kalla diikuti dengan mendaftar ke KPU di hari yang sama, sementara Prabowo-Hatta baru Selasa kemarin mendaftar ke KPU.
Dengan demikian dipastikan pilpres 9 Juli 2014 akan berlangsung satu putaran, hanya diikuti dua pasangan, Prabowo-Hatta dan Jokowi Jusuf Kalla. Fakta bahwa pilpres nanti akan berlangsung satu putaran patut disambut gembira. Karena akan lebih banyak sisi positifnya jika dibandingkan pilpres dua putaran.
Pertama, dengan satu putaran akan banyak dana yang bisa dihemat, baik anggaran untuk kampanye pasangan capres maupun KPU sebagai penyelenggara pemilu. Seperti diketahui, pemilu di Indonesia sangat mahal dari segi pendanaan.
KPU pusat memerlukan dana Rp 16.2 triliun untuk membiayai seluruh tahapan pemilu legislatif dan pilpres 2014. Keseluruhan biaya itu berdasar kebutuhan anggaran semua program pada setiap tahapan dua pemilu tersebut. Jika misalnya pemilu berlangsung dua putaran, otomatis akan terjadi pembengkakan dana lebih besar lagi.
Dengan satu putaran, berapa triliun dana yang notabene uang rakyat bisa dihemat. Dana yang dihemat bisa digunakan untuk biaya pembangunan kesejahteraan rakyat. Belum lagi, masalah waktu yang sebenarnya bisa digunakan bangsa ini untuk bekerja kembali. Ini semua bukan ramalan, tapi kondisi objektif yang dirasakan di tengah-tengah rakyat.
Pilpres satu putaran juga akan menghemat energi dan pemikiran, baik bagi para politisi yang terlibat langsung maupun masyarakat awam. Sejauh ini, energi dan pemikiran masyarakat banyak tersita oleh hiruk pikuk pemilu. Di satu sisi, partisipasi aktif masyarakat itu patut disyukuri, di sisi lain kalau berlarut- larut akan kontraproduktif.
Kedua, munculnya ketidakpastian politik bisa cepat ditekan dengan terpilihnya presiden yang baru. Kepastian politik itu sangat penting terutama di kalangan pelaku ekonomi. Tensi politik yang berpotensi timbul masalah keamanan yakni gesekan antarpara pendukung masing-masing capres pun lekas mereda.
Harapan kita, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK bisa bersaing secara sportif, dan harus siap kalah dan siap menang. Pilpres bisa berlangsung secara fair, demokratis dan jujur. KPU harus bisa menjamin seluruh proses berjalan sesuai aturan yang telah ditentukan. Akhirnya selamat berkompetisi secara sehat. Siapa pun yang terpilih nantinya harus kita dukung. (Tribun cetak)