Editorial
Waspada Flu Arab
Selain itu, kalau mau makan harus cuci tangan dahulu, kemudian ke luar rumah supaya menggunakan masker.
VIRUS Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang dikenal flu Arab kian mengganas di Arab Saudi. Hampir semua media nasional maupun lokal termasuk Tribun Pontianak mengangkatnya menjadi headline kemarin, mengingat sudah ada beberapa korbannya di Indonesia dan dikhawatirkan jumlahnya terus bertambah.
Dengan jumlah jaemaah umrah yang pergi ke Arab Saudi sebanyak 150.000 orang perbulan atau 5.000 perhari, Indonesia termasuk negara paling rentan terjangkit virus korona, penyebab MERS. Jumlah ini diperkirakan naik signifikan saat musim libur sekolah dan Ramadan, Juni-Juli 2014. Meningkatnya calon jamaah umrah ini karena antrean ibadah haji asal Indonesia 2,5 juta orang dengan waktu tunggu 7-23 tahun.
Karena itu, para jamaah Indonesia, termasak asal Kalbar yang hendak menunaikan umrah diminta waspada. Sesuai imbauan dari kantor Kemenag, semua jamaah umrah dan haji disarankan melakukan penyuntikan anti-body. Selain itu, kalau mau makan harus cuci tangan dahulu, kemudian ke luar rumah supaya menggunakan masker.
Sebab kelompok virus korona akan menyerang hebat jika menginfeksi saluran pernafasan. Virus ini menyebabkan paru jadi sembab sehingga volume oksigen yang dipompa ke darah berkurang. Virus penyebab MERS sangat ganas, karena menyerang antarmanusia. Berbeda dengan flu burung dan SARS yang menular dari unggas atau hewan ke manusia.
Seperti diberitakan koran ini, Departemen Kesehatan Saudi dalam laporan di situs resminya, Senin (5/5/2013), mengungkapkan sekitar 414 orang di Arab Saudi telah terjangkit virus mematikan itu. Dari jumlah tersebut, 115 di antaranya meninggal dunia. Penyakit ini menimbulkan kekhawatiran bagi Arab Saudi, yang akan menjadi tuan rumah jutaan peziarah Muslim dari berbagai dunia selama Ramadan, Juli 2014.
Senin (5/5), warga di Yordania dilaporkan terjangkit setelah sebelumnya menjalin kontak dengan pasien yang didiagnosis terjangkit MERS. Kemudian, di Qatar, Kuwait , Uni Emirat Arab, dan Tunisia juga melaporkan ada temuan kasus serupa. Pekan lalu, kasus pertama virus MERS ditemukan di Amerika Serikat.
Di Indonesia, seorang jamaah umrah asal Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, KHS (54), meninggal di RSUP Haji Adam Malik, Minggu (4/5). Di Kota Pontianak sendiri belum ada laporan terkait terindikasinya virus korona yang diderita masyarakat. Baik yang berpergian maupun umrah dari Saudi Arabia.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, ketika seseorang ingin umrah, haji, atau perjalanan ke Arab. Khusus di atas 60 tahun atau memiliki penyakit kronis sebaiknya menunda keberangkatan. Kedua, ketika di sana, jangan lupa selalu membersihkan tangan. Tidak memegang mata, mulut, hidung
ketika tangan belum dicuci.
Ketika di Tanah Suci para jamaah umrah agar menghindari kontak tangan dengan orang yang demam, suhu badannya tinggi. Selalu gunakan masker. Jangan dekati unta karena disinyalir bisa menularkan MERS. Selanjutnya, ketika datang ke Tanah Air, jika ada gejala demam, batuk dan flu segera periksa ke puskesmas ataupun rumah sakit.
Dari pihak Pemerintah Indonesia dijelaskan Menkes Nafsiah Mboi telah menempuh berbagai langkah demi mencegah penularan MERS terhadap jamaah umrah dan haji Indonesia. Pemerintah sudah menyiapkan tenaga medis yang dilatih menangani MERS di 15 embarkasi dan debarkasi. Lalu ada 100 rumah sakit rujukan yang disiagakan. Informasi mengenai MERS dan pencegahannya juga telah disebarkan ke dinas-dinas kesehatan provinsi serta badan penyelenggara umroh dan haji.
Sekali lagi, kewaspadaan harus ditanamkan sebaik-baiknya ke seluruh warga Indonesia. Petugas kesehatan yang menangani pasien MERS harus mendapatkan perlindungan maksimal, karena penularan bisa terjadi pada orang yang berada dalam kontak dekat. Misal dari pasien ke petugas kesehatan.
Ada baiknya Kemenkes melibatkan media massa ikut menampilkan pesan layanan masyarakat secara masif ketika potensi bahaya kian dekat. (Tribun cetak)