Kenalkan Songket Sambas ke Luar Negeri

Pengalaman hidup membuat saya semakin matang, baik berpikir dan bertindak.

Penulis: Mirna | Editor: Arief
TRIBUN PONTIANAK/LEO PRIMA
Pengusaha Songket Sambas, Imthi Hani menunjukkan satu di antara motif songket Sambas. 

Imthi Hani atau akrab disapa Dayang, adalah sosok seorang pengusaha wanita ulet dan pekerja keras. Meskipun ia hanya tamatan SMP, namun produk-produk buatanya telah dipasarkan hingga ke luar negeri.

Ia memulai semuanya dari nol. Selama 35 tahun dirinya bekerja bersama orang lain sebagai pengrajin songket. Sejak kelas 3 SD, ia sudah menjadi pengrajin.

Pada 1990, hanya bermodal dua mesin, ia memberanikan diri menjadi pengusaha songket Sambas. "Bagi saya untuk membuka suatu usaha, tidak harus dengan modal besar. Modal kecilpun bisa. Seperti saya ini. Tadinya hanya dua mesin modal saya. Sekarang sudah lebih dari 30 mesin. Pelan-pelan saya jalankan usaha ini dengan penuh kesabaran," ungkap Dayang saat ditemui Tribun di kediamannya di Jalan Karya Baru, Gang Bali Agung 1 Pontianak, Rabu (13/11/2013).

Banyak suka duka yang ia ceritakan saat menjalankan usaha yang digelutinya ini. Satu di antaranya, karyawan (pengrajinnya) kerap direbut oleh pengusaha lain.

"Pengalaman hidup membuat saya semakin matang, baik berpikir dan bertindak. Karyawan yang kadang berhenti dan diambil oleh pengusaha lain, menjadi salah satu masalah yang selalu saya hadapi. Dari situ saya belajar dan mengintropeksi diri. Sehingga solusinya adalah dengan menggaji mereka sesuai UMR, dan memberikan bonus kepada mereka yang rajin," ujarnya.

Saat ini, pengrajinnya sudah jarang yang berhenti atau pindah ke pengusaha lain, karena alasan bayaran. Dayang sangat bijak mengatasi masalah yang ada. Tanpa ada tuntutan dari para karyawannya, kerap ia menaikkan sendiri upah kepada mereka.

Dengan membayar gaji sesuai UMR dan selalu memberikan bonus kepada pengrajin, tidak ada lagi masalah karyawan yang berhenti atau direbut oleh pengusaha lain.

"Saya tidak menyalahkan kenapa banyak para pengrajin kita pergi ke Brunei dan bekerja di sana. Itu karena bayaran mereka di sana lebih mahal ketimbang di sini. Olehsebab itu, saya mulai berpikir. Benar juga. Kalau bayaran mereka sesuai UMR, pastinya mereka tidak akan berhenti dan pindah," terangnya.

Ia banyak belajar dari pengalamannya bekerja dengan pengusaha lain. "Jika dulu sebagai pengrajin saya bekerja dari pagi sampai malam, lalu kembali ke subuh. Tidak pernah tidur di siang hari dan istirahat sangat kurang, makanya saya tidak membuat aturan seperti saya bekerja di tempat orang lain dulu. Jam berapapun mereka bekerja, terserah mereka. Dan yang rajin, saya kasihkan bonus. Sehingga mereka lebih bersemangat," ucapnya.

Bolak-balik Pontianak Sambas, kerap ia lakukan. Karena pusat pemasarannya, ia lokasikan di kediamannya di Kota Pontianak. Sedangkan tempat produksinya berada di Sambas.
Banyak cara yang dilakukannya untuk memasarkan songket khas Sambas ini. Satu di antaranya dengan mengikuti berbagai pameran, baik dalam dan luar Kalbar, bahkan ke luar negri.

Ia sangat bangga bisa mengenalkan songket Sambas hingga ke luar negri. Dayang pernah ke Belanda, Belgia, Jepang, Brunei Darussalam, dan Malaysia. "Antusias masyarakat luar negri juga sangat baik. Mereka sangat suka barang-barang handmade seperti produk yang saya jual," ucapnya.

Bulan puasa lalu, ia baru saja pulang dari Jepang. Di sana barang jualannya laris manis terjual. "Saya membawa tidak terlalu banyak. Namun setiap item barang yang dijual habis semua," ujarnya.

Disversifikasi Produk
Berangkat dari penilaian banyak orang yang mengatakan kalau songket Sambas sangat monoton, Dayang tercetus ide untuk menganekaragamkan (disversifikasi) produk yang ada, dengan pelbagai jenis produk. Sehingga ia tidak menjual kain songket saja, tapi juga aneka jenis produk lainnya. Seperti tas, kopiah, selendang, baju, dan lainnya.

"Tadinya saya hanya menjual kain songket Sambas. Seiring berjalannya waktu, saya memulai mengembangkannya menjadi banyak produk. Songket Sambas itu saya buat lagi. Yaitu dibuat tas, baju, dan masih banyak lagi. Pemasaran seperti ini lebih mudah dan gampang lakunya," ujar Dayang.

Produk buatan Dayang memiliki kekhasan tersendiri. Misalnya kain songket produknya sangat halus pengerjaannya, dan lebih dari satu motif dalam satu helai kain. Selain itu, ia juga berani memadupadankan lebih dari satu warna.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved