Temukan Kepuasan dari Pengabdian

Menurutnya Tidak mudah memutuskan untuk berhenti menjadi seorang dosen.

Penulis: Mirna | Editor: Arief
zoom-inlihat foto Temukan Kepuasan dari Pengabdian
TRIBUN PONTIANAK/LEO PRIMA
Ketua Dharma Wanita Dispenda Provinsi Kalbar, WD Farida Djarudju
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Segala keputusan pastinya memiliki konsekuensi yang harus dihadapi. Dan apapun konsekuensi itu, siap atau tidak siap harus dijalani. Terkadang tidak mudah memutuskan suatu pilihan dalam hidup. Banyak hal yang mesti dipertimbangkan.

Seperti kisah yang dialami WD Farida Djarudju, istri Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Kalbar ini. Menurutnya Tidak mudah memutuskan untuk berhenti menjadi seorang dosen.

"Saya jadi dosen Pertanian di Universitas Haluoleo sekitar sepuluh tahun. Selama itu, saya harus bolak-balik Pontianak-Kendari. Lumayan capek juga. Pertimbangan saya saat itu, supaya bisa mengawasi sekaligus menjaga kedua orangtua saya di Kendari. Mereka sudah tua, kasihan juga. Dua saudara saya yang lain melalangbuana. Ada yang ke Canada dan Palangkaraya," ujar Ida, panggilan akrab ibu tiga anak itu, saat ditemui Tribun di kediamannya, Kamis (13/6).

Ia akhirnya memutuskan untuk berhenti dari profesi tersebut. "Sebenarnya saya berhenti bukan karena jenuh atau apa. Memang sih bisa saja saya minta pindahkan ke sini. Namun saya memutuskan untuk sementara ini, waktu saya harus menjadi penyeimbang suami dulu," tuturnya.

Sejak 2011, ketika sang suami diberikan mandat sebagai Kadispenda Provinsi Kalbar, secara otomatis Ida menjabat sebagai Ketua Dharma Wanita Dispenda Provinsi Kalbar. Tak hanya itu, ia juga dipercayakan menjadi Wakil Sekeretaris Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar.

Tidak mudah menurutnya menjalankan banyak kegiatan. Di satu sisi ia harus menjalankan profesinya sebagai dosen, di sisi lain harus membagi waktu menjadi seorang supervisor di sebuah perusahaan asuransi di Pontianak, dan belum lagi dua jabatan baru yang diembannya tersebut.

Ia mengatakan, ada beban tersendiri ketika tidak dapat menjalankan sesuatu secara maksimal. "Akhirnya saya memutuskan menjadi penyeimbang keluarga dulu untuk sementara waktu. Tetap menjalankan di dunia Dharma Wanita serta Tim Penggerak PKK. Kemudian berhenti jadi dosen dan supervisor. Butuh satu bulan lamanya untuk bisa memutuskannya, " ucapnya.

Ia menambahkan dengan kegiatan barunya ini, Ida lebih dapat mengabdi pada masyarakat. Yakni bertemu dengan banyak orang merupakan hal yang sangat menyenangkan baginya. Ia mengatakan justru di sanalah ia menemukan kepuasan batin di dalamnya.

Menurutnya, jangan pernah takut untuk memutuskan suatu pilihan. "Kita harus berani mencoba memutuskannya. Saya senang dengan relationship serta ruang lingkungan orang banyak. Makanya saya enjoy dengan kegiatan sekarang ini. Saya merasa apa yang saya putuskan lima bulan lalu merupakan keputusan tepat untuk keluarga dan ke depannya," katanya.

Penyeimbang Keluarga
Apapun permasalahannya dan keputusan yang akan diambil, Ida selalu melibatkan suami dan ketiga anaknya. Menurutnya diskusi dalam sebuah keluarga sangat penting.
"Sebelum saya memutuskan sesuatu, pasti saya selalu diskusikan dengan bapak. Setelah itu baru minta pendapat anak-anak. Di keluarga, saya mengutamakan kesepakatan bersama dan menghargai pendapat," ujar Ida kepada Tribun.

Meskipun suami adalah pemimpin keluarga, namun tidak ada yang otoriter dalam setiap pengambilan keputusan. Apalagi anak-anaknya. Walaupun umur mereka masih muda, Ida dan suami selalu mendengarkannya.

"Tidak selalu pendapat anak-anak itu salah. Kadang kala pendapat mereka benar dan cukup mengagetkan. Pada dasarnya diskusi untuk mencari kelemahan dan kelebihan suatu sisi masalah dihadapi. Sehingga dapatlah titik temu solusi atau penyelesaian yang terbaik," terang Juara 1 pada Tenis Kartini Open Kalbar 2012 ini. 

Kedekatan dirinya dan keluarga, menjadi lebih dekat dibandingkan dahulu, yakni setelah ia berhenti di dunia kariernya. Menurutnya, Apalah guna jika ibu dan ayah sukses berkarier, sedangkan anak-anak justru merasa jauh dari orangtuanya.

"Sejak saya berhenti jadi dosen. Tidak lagi saya pergi jauh. Saya merasa memiliki waktu untuk keluarga lebih banyak," imbuh pemegang sabuk hitam Dan II karete ini. 

Pengalaman-pengalamannya semasa kerja dulu, menjadi guru yang sangat berharga bagi ida. "Apa yang saya dapat dari pengalaman dulu, akan saya transfer untuk anak-anak. Supaya mereka menjadi anak-anak yang hebat dari orangtuanya," tuturnya.

Namun, ia tidak menutup kemungkinan untuk menjadi dosen lagi. "Selama kita punya ilmu, kenapa harus takut. Bisa saja saya kembali menjadi dosen di universitas swasta yang ada di sini. Tapi untuk sekarang, saya fokuskan menjadi penyeimbang keluarga dulu lah," tegasnya. (tribun pontianak cetak)

WD Farida Djarudju
Ketua Dharma Wanita Dispenda Provinsi Kalbar

Biofile:
Nama lengkap: WD Farida Sylvia Djarudju
Panggilan: Ida
Kelahiran: Manado, 3 Oktober 1967
Hobi: Olahraga, travelling
Suami: R Taruli Manurung
Anak:
* Hardy Arga Digita
* Kevin Ode Natama
* Hiskia Klarisa

Pendidikan:
* SD IKIP Negeri Kendari
* SMP IKIP Negeri Kendari
* SMAN 4 Kendari
* Sarjana Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
* Master Manajemen Universitas Krisna Dwi Payana, Jakarta

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved