Pemuda Peduli Kalbar Beri Pendidikan Gratis
sebuah komunitas yang merupakan wujud kepedulian mereka akan kondisi tersebut.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Masih banyak anak-anak dari keluarga miskin yang kurang beruntung dalam pendidikannya. Di usia mereka yang seharusnya mengenyam pendidikan, tapi harus terpaksa mencari uang untuk sesuap nasi.
Keadaan ini mengetuk beberapa anak muda di Kalbar, untuk membentuk sebuah komunitas yang merupakan wujud kepedulian mereka akan kondisi tersebut.
"Kami berbicara apa yang bisa kita perbuat untuk negeri ini. Kebetulan saya mengerti masalah kepribadian etika, ada yang bisa bahasa Inggris, ada yang bisa eksakta. Di situlah,muncul ide kita mebuat komunitas, untuk mengajari anak-anak kurang beruntung. Yang tidak full memperoleh bangku pendidikan karena mereka harus membantu orangtua mereka mencari uang, demi sesuap nasi. Yang sebenarnya di usia mereka, mereka menikmati masa ceria," ujar Eka Nurhayati, satu di antara pentolan di komunitas ini, Jumat (14/6/2013).
Komunitas Pemuda Peduli Kalbar, itulah komunitas yang mereka bentuk sejak tujuh bulan lalu. Misi sosial yang mereka lakukan sama sekali tidak ada tendensi mengharapkan gaji atau apapun. Namun murni dari kepedulian mereka terhadap sesama.
Komunitas ini dipelopori oleh Eka Nurhayati, Lina, Lastri dan Lilia. Empat wanita muda yang memiliki latar belakang profesi yang berbeda, tapi memiliki misi yang sama dalam memajukan pendidikan Kalbar.
Awal mulanya komunitas ini mereka namai komunitas Wanita Peduli Kalbar, kemudian seiring berjalannya waktu digantilah menjadi Pemuda Perduli Kalbar. Itu dikarenakan anggotanya tak hanya lagi kaum hawa, tapi beberapa pemuda Kalbar juga turut serta berpartisipasi di dalam kegiatan.
"Apa yang kami lakukan ikhlas dan penuh kasih bersumbangsih mengajarkan apa yang seharusnya diajarkan, dari hal-hal yang sederhana. Dari kegiatan kami ini,ternyata banyak menarik perhatian. Akhirnya ada beberapa pemuda pun ikut gabung. Yang tadinya bernama Komunitas Wanita Peduli Kalbar, diganti jadi Pemuda Perduli Kalbar," terangnya.
Pada dasarnya, kegiatan komunitas ini berorientasi fokus di bidang pendidikan. Menurut mereka pendidikan itu pangkal awal membentuk pola pikir, tingkah,dan pola hidup anak-anak. "Jika pendidikan awalnya salah,maka akan berpengaruh selanjutnya," tegas Eka.
Dari kampung ke kampung, mereka mencoba memberikan pengajaran gratis. Kerap untuk membiayai kegiatan dilakukan, mereka harus merogoh dari uang saku pribadi masing-masing.
"Terkadang jika kesulitan dana, kami harus menerima job-job seperti menerima cattring, merias pengantin, jadi pembicara dan lain-lain. Yang penting dananya bisa untuk operasional kegiatan.
Intinya di sini kami ingin berbuat baik pada sesama," pungkasnya.
Mereka tidak menyangka sebelumnya, komunitas ini dapat bertahan hingga sekarang. Mulanya dari sebuah pembicaraan iseng, kemudian terbentuklah komunitas sosial yang eksis sampai sekarang. Itikad baik yang mereka miliki itulah menjadi penyemangat dan motivasi untuk memajukan pendidikan di Kalbar ini.
Berantas Buta Aksara
Untuk berbuat baik kepada sesama, bagi mereka tidak ada batasnya. Sampai kapanpun mereka akan terus berbuat seperti apa yang dilakukan sampai saat ini.
"Kami akan terus berbuat seperti ini. Masuk ke daerah-daerah terpencil untuk berbagi ilmu. Minimal kami berbuat ini agar membantu pemerintah dalam mengentas buta aksara. Di antaranya mengenalkan pendidikan etika dan kepribadian, dari hal-hal sederhana. Dan kami akan masuk ke semua lini daerah," ucap Eka.
Dalam menyambut bulan Ramadan, mereka berencana akan on the road, yakni sahur bersama para buruh-buruh pasar, orang-orang jalanan, pengemis dan lain-lain. "Sambil paginya, kami sharing berbagi ilmu agama dengan anak-anak tentang yang kami ketahui. Mulai dari mengaji Iqra dan sebagainya," terangnya.
Kegiatàn tersebut secara kontinu akan mereka lakukan selama Ramadan. "Semua itu sedang kami programkan," ujarnya. Dengan program kegiatan itu, menurutnya mengajarkan kepada para anggota untuk selalu saling berbagi, bersimpati dan berempati kepada sesama.
"Kami juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Menjadi bagian dari mereka, kebahagiaan yang luar biasa tentunya. Paling tidak, kita merasakan hidup kita menjadi bermakna bagi orang lain," ujarnya.
Dari Kampung ke Kampung
Banyak sudah kegiatan yang mereka lakukan sampai saat ini. Dari kampung ke kampung, mereka datang hanya untuk memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak yang kurang mampu.
"Kami tidak melihat background anak-anak tersebut dari suku, ras dan agama apapun.
Misi pendidikan untuk sebuah perdamaian dalam keselarasan perbedaan, itulah yang kami idam-idamkan," tutur mereka.
Mereka menceritakan pernah mengajar di perkampungan pemulung, anak-anak pedalaman di Desa Kalimas, Batu Ampar, Karangan, dan Tekarang. "Bahkan kami pernah merayakan Natal bersama anak-anak sekolah damai di Gereja Agustinus Pontianak," ujar mereka.
Menurut mereka, pengalaman paling berkesan dari kegiatan yang telah dilakukan, yaitu saat mereka bergabung dengan komunitas lain. ketika menghadiri acara Natal bersama di Gereja Agustinus. Di situlah, kesan yang paling mendalam bagi mereka. Dari lima agama menjadi satu dalam keanekaragaman.
"Dan ketika itu ada salah satu anak menyanyikan lagu islami di acara itu. Hal tersebut
menandakan negeri kita ini begitu kaya akan perbedaan. Perbedaan bukan untuk diperdebatkan tapi saling menghargai," cerita mereka.
Tak hanya itu, yang paling menyentuh lagi di mana sewaktu mereka masuk ke wilayah lokalisasi. Di sana mereka diterima dengan baik oleh wanita-wanita yang terasingkan, karena pekerjaan mereka yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. "Kami memberikan materi mengajar make up, kursus masak dan curhat pada mereka," tutur mereka. (tribun pontianak cetak)