Party Monster Tampilkan Karya Band Lokal
okal Pontianak membuat mereka semakin mantap mengadakan kegiatan bersama dalam suatu project event organizer.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Berusaha memberikan kesempatan, khususnya untuk band-band lokal Pontianak dalam menampilkan hasil karya mereka yang belum terapresiasikan oleh media, sehingga tercetuslah ide dari beberapa anak muda untuk membentuk sebuah Event Organizer (EO).
Keisengan yang tanpa disengaja untuk merealisasikan sebuah ide menampung band-band lokal Pontianak membuat mereka semakin mantap mengadakan kegiatan bersama dalam suatu project event organizer.
"Kami sangat prihatin pada saat band-band lokal Pontianak kurang diberikan kesempatan menampilkan karya-karya mereka. Lewat kehadiran kami, kami ingin mereka dapat terangkat dan terpublish," ungkap Achmad Sabur, salah satu tim Party Monster kepada Tribun, Rabu (29/5/2013).
Party Monster, mereka menamai EO yang mereka bentuk tanpa sengaja itu. Alasan diberinama itu, karena mereka adalah sekumpulan anak muda yang diidentik dengan pesta. "Saat berpesta, setiap orang akan berubah menjadi monster yang tak kenal lelah dan selalu bersemangat," ujarnya.
Pada dasarnya, Party Monster dengan EO lainnya mempunyai tujuan yang sama. Namun mereka lebih aktif dalam menyelenggarakan event yang menampilkan band-band yang jarang tampil. "Dan kurang dari setahun, Alhamdulillah kami sudah mengadakan 7 event," ucapnya.
Saat baru memulai project, mereka sempat menemukan masalah pada dana penyenggalaraan. "Dikarenakan acara yang kami lakukan bersifat kolektipan panitia,walaupun begitu masih ada beberapa pihak yang mendukung acara pertama kami, yaitu Tribute to Peterpan," ujarnya.
Masalah dana kerap menjadi persoalan yang sering mereka hadapi. Kadang membuat mereka hampir putus asa. "Hal itu membuat kami bingung, kemana kami harus mencari sponsor-sponsor yang bisa membantu event kami tersebut. Sedangkan publikasi dari media sudah tersebar kemana- mana dan penonton yang ingin melihat juga sudah tidak sabar menanti event kami tersebut. Masalah tersebut membuat pikiran dari semua pihak panitia menjadi down," ujarnya.
Setiap masalah menurut mereka pasti ada jalan keluarnya. Sehingga ada saja keajaiban yang mereka alami. Sebuah titik terang memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Dan membuat mereka kembali bersemangat untuk melaksankan event yang digelar. "Everything is gonna be alright," pungkasnya.
Mereka tidak memungkiri kerap sering mengalami perselisihan. Kadang disebabkan perbedaan pendapat saat berdiskusi, capek saat melakukan kegiatan menjadi pemicu pertengkaran yang terjadi.
"Perselisihan di antara kami saat berlangsungnya acara sudah biasa. Semuanya merasa capek jadi terpancing. Tapi perselisihan yang terjadi tidak berlanjut sampai menjadi masalah besar," imbuhnya.
Rasa kebersamaan yang tercipta membuat mereka mampu bertahan sampai saat ini. Mereka mengibaratkan bagaikan bak keluarga yang ingin hidup dengan kesederhanaan.
Mereka berharap kehadiran mereka dapat memberi semangat, khususnya untuk band-band lokal Pontianak dan menunjukkan bahwa mereka mempunyai bakat yang tidak kalah
hebatnya dengan band-band di luar sana. "Dalam point lainnya, kami juga ingin menjadi wadah tempat berkumpulnya para musisi tua dan musisi muda," tuturnya.
Belajar dari Pengalaman
Mereka mengatakan tidak mudah awalnya menyelenggarakan sebuah event. Tribute to Peterpan merupakan event pertama yang mereka selenggarakan menuai banyak kendala. "Event tersebut adalah event tersulit bagi kami. Karena inilah awalnya kami kebingungan dengan masalah sponsor," ucap Sabur.
Dari event satu ke event lainnya yang pernah mereka selenggarakan, mereka banyak belajar. "Hal yang kami pelajari dari event-event sebelumnya, mungkin masalah tanggung jawab, dan tentu pastinya masalah di sponsor," ujarnya sambil tersenyum.
Sedikit flashback dari event sebelumnya, di mana mereka membuat event kecil-kecilan yang menghasilkan point positif berupa kritikan dan masukkan dari berbagai pihak. Hal ini membuat mereka bersemangat untuk terus dan terus mengadakan event yang lebih besar.
Menurut mereka, karena kritikkan dan masukkan dari berbagai pihaklah, yang membuat mereka harus totalitas mencurahkan semua ide kreatif pada setiap acara yang akan diselenggarakan.
Untuk menyelenggarakan sebuah event, memang butuh persiapan yang matang. "Kalau untuk mempersiapkan sebuah event kecil-kecilan, kami biasanya butuh satu minggu persiapannya. Sedangkan event terbesar kami mempersiapkan waktu kurang lebih 4 bulan," tambahnya.
Kurang dari jangka waktu setahun, mereka sudah menggelar tujuh event. Dan event yang paling berkesan, menurut mereka, adalah saat menjalankan project event Muda Sampai Mati. "Pada saat berlangsungnya acara tersebut, cuaca sangat tidak mendukung, akan tetapi antusias penonton melebihi apa yang kami perkirakan," imbuh mereka. (mir/tribun pontianak cetak)