Berantas Buta Aksara
Tentunya kegiatan yang dilakukan semakin banyak. Di mana setiap sepekan sekali harus melakukan razia ke berbagai tempat.
Wakapolsek Ngabang
Menjadi satu-satunya perempuan yang pernah menjabat sebagai Wakapolsek Ngabang, merupakan tantangan yang tidak mudah bagi AKP Lies T Ratna Sari. Menurutnya, banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya kini.
Ia merasakan kegiatannya yang dulu, sangat berbeda dibandingkan saat ini. Tentunya kegiatan yang dilakukan semakin banyak. Di mana setiap sepekan sekali harus melakukan razia ke berbagai tempat.
Ia tidak menampik rasa takut dalam menghadapi pelbagai persoalannya pasti ada. Di tambah karakter warga yang berbeda-beda. Bagaimanapun itulah tantangan yang mesti ia atasi.
Setelah program pertamanya berhasil, yaitu merangkul para tukang ojek di sana dan memberikan pakaian seragam serta kartu anggota. Kini ia tengah disibukkan dengan program barunya, yakni mengajarkan membaca pada dua puluh delapan warga lanjut usia.
"Sebenarnya saya tidak membatasi warga yang ingin belajar. Siapapun berhak belajar. Namun ketika didata dan yang mendaftar adalah warga yang kebanyakan usianya 70 sampai 80 tahun. Saya turun langsung mengajar mereka. Saya sudah menganggap mereka omah saya sendiri," ungkap Bunda panggilan akrabnya saat di kantor, Jumat (15/3/2013).
Menurutnya, tidak ada kata terlambat bagi siapapun untuk belajar membaca. Meskipun sudah lanjut usia sekalipun. Membaca merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Banyak manfaat yang didapat ketika seseorang dapat membaca.
"Saya memberikan pemahaman kepada para lanjut usia itu. Kalau sudah bisa membaca akan memudahkan kita. Jika tersesat bisa membaca penunjuk jalan. Dan seandainya ada surat yang harus ditandatangani terkait jual beli, sangat membantu mereka sendiri jika ada oranglain yang mau berniat jahat," terangnya.
Mengajarkan mereka membaca, menurut Ratna butuh kesabaran dan ketulusan saat melakukannya. Memang tidak mudah mengajarkan mereka yang tidak tahu sama sekali membaca, apalagi di usia mereka yang sudah lanjut. Namun ia tidak menyerah begitu saja. Segala sesuatu menurutnya butuh proses yang tidak sebentar.
Sudah sebulan program tersebut berlangsung. Seminggu program dilaksanakan, mereka telah mengalami banyak perkembangan yang terjadi. Yakni mereka sudah mengenal huruf A sampai Z. Mereka sudah bisa menulis, walaupun tulisannya tidak terlalu bagus. "Kadang saya berikan mereka Pekerjaan Rumah (PR). Jadi mereka bisa mengulang apa yang telah diajarkan," tuturnya.
Dua kali dalam sepekan, ia mengajarkan membaca kepada mereka. Kerap tidak hanya di balai desa, kadang mereka berpindah tempat. "Biasa saya ajak mereka belajar ke kantor kita. Biar mereka lebih refresh dan mengenal tempat-tempat yang penting," ujarnya.
Enam bulan target yang akan dilakukan Ratna untuk programnya kali ini. Akan tetapi jika dalam empat bulan telah terlihat perkembangan pesat, maka ia akan melanjutkan programnya tersebut ke desa lain.
Program ini akan terus berlangsung kontinu dari satu ke desa. "Saya berharap dengan dijalannya program ini akan mampu memberantas buta huruf pada warga di Ngabang," harapnya.
Terjunnya ia langsung ke lapangan, ia ingin menepis image arogan dari polisi selama ini. Tidak benar menurutnya jika ada yang mengatakan polisi itu arogan. Melalui program yang dilakukannya kini, ia ingin membuktikan polisi juga dapat merangkul masyarakat.
"Saya selalu memberitahu kepada bawahan. Apapun yang dilakukan jangan pernah melakukan semena-mena, apalagi menindak secara kekerasan. Jadi tidak ada lagi image yang jelek terhadap polisi. Masyarakatpun jangan takut terhadap polis," tegasnya.
Selain program memberantas buta huruf yang telah dilakukannya, ia berencana melakukan program lainnya. Yaitu di bidang kesehatan. Ia melihat masih banyak warga yang memanfaatkan air sungai dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sedangkan sungai tersebut telah tercemar limbah.
Olehkarena itu terketuk hatinya untuk menyadarkan masyarakat dan memberikan pengarahan kepada mereka akan pentingnya kesehatan. "Dengan program nantinya, kita akan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam mengatasi masalah ini. Jika dibiarkan terus, kasihan warga," tambahnya.
Ia berharap dengan keberadaannya di Ngabang dapat memberikan perubahan yang berarti khususnya terhadap warga setempat. "Yang pasti tidak ada lagi di jaman sekarang, warga yang masih buta huruf," harap Ratna.
Jalankan Dua Peran Sekaligus
Berperan sebagai seorang ibu rumah tangga sekaligus menangani banyak bawahan yang lumayan banyak, menurutnya dua peran yang sangat menyenangkan. Meskipun dua peran yang beda, ia harus dapat menjalankannya dengan baik.
"Saya kalau sudah di rumah, tentunya tidak pernah mencampur adukkan dengan urusan di kantor. Jadi benar-benar fokus dengan kegiatan yang ada di rumah. Dan begitu sebaliknya. Kalau sudah di kantor, saya mengerjakan tugas saya sebagaimana mestinya," ujar Ratna, ibu dua anak itu.
Dengan kegiatannya yang makin padat dan banyak, bahkan harus pulang subuh dikarenakan turun serta saat razia tidak membuat keluarganya protes. "Kedua anak dan suami saya sudah memakluminya. Lagian saya razia, pulang subuh cuma seminggu sekali," ujarnya.
Dirinya yang terbiasa hidup di kota, dan ketika ditugaskan di desa seperti Ngabang, tidak menjadi masalah baginya. Justru ia sangat menikmati dengan kehidupannya saat ini. "Di sini sepi, saya malah tenang dan tentram," ucapnya. (mir/tribun pontianak cetak)