Linggar Bentuk Karakter Pemuda Mandiri

Terutama pada pemuda yang berada di daerah-daerah terpencil

Penulis: Mirna | Editor: Jamadin
zoom-inlihat foto Linggar Bentuk Karakter Pemuda Mandiri
ISTIMEWA
Anggota Komunitas Linggar Pontianak
BERLATARBELAKANG dari perasaan miris akan keadaan realitas pemuda saat ini, akhirnya beberapa kumpulan anak muda mencoba membentuk sebuah komunitas. Komunitas tersebut mereka namai Lingkar Perubahan (Linggar).

"Terbentuknya organisasi ini adalah lahir dari kondisi konkrit pemuda hari ini.  Di mana banyak pemuda yang tidak merasakan pendidikan formal serta minimnya keterampilan. Terutama pada pemuda yang berada di daerah-daerah terpencil," ungkap Muchlis Amirullah, Direktur Linggar kepada Tribun, Jumat (7/12/2012).

Mereka mengatakan sangat sedih ketika melihat anak-anak dengan keterbatasan yang dimilikinya tapi memiliki semangat tinggi untuk mendapatkan pendidikan. "Pernah kami berkunjung ke suatu daerah terpencil. Di mana anak-anaknya harus sekolah jalan kaki. Jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh. Tak hanya itu, guru yang mengajar di sanapun sangat kurang sekali," ucapnya.

Bertolak dari kondisi tersebut, mereka berusaha untuk memacu para pemuda Kalbar dan mengubah cara berpikir mereka, yakni ketika tamat sekolah nanti, tidak terdoktrin untuk bekerja di sebuah perusahaan atau menjadi PNS. Akan tetapi mereka harus dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Membekali diri dengan keterampilan dan keahliaan tertentu.

"Memang tidak dapat dipungkiri, pemuda sekarang mindset berfikir nya adalah ketika sekolah atau kuliah cenderung terdorong untuk menjadi buruh. Baik dengan cita-cita menjadi PNS atau bekerja di satu perusahaan tertentu. Padahal itu memerlukan persaingan yang sangat hebat dan kemungkinan besar mereka akan tersingkirkan oleh yang lainnya," tambahnya.

Dengan adanya Linggar, mereka bersatu mencoba membuat lingkaran-lingkaran persatuan, yang bertujuan untuk sebuah perubahan. Sehingga berdirilah Linggar sampai saat ini.

Satu kemajuan yang secara signifikan dirasakan para pemuda dalam komunitas ini, yaitu perubahan dalam hal cara berpikir. "Kawan-kawan di dalam komunitas secara intelektual mengalami perubahan. Ada beberapa teman-teman yang dulunya tidak mengenal sama sekali teknologi, kini sudah mengenal secara lebih jauh," ujarnya.

Ia menambahkan, seperti pengoperasian komputer, mereka sekarang sudah bisa mengoperasikan komputer dengan baik. "Padahal mereka adalah terlahir dari keluarga yang tidak mampu dan dia tidak mendapatkan pendidikan secara formal," ucapnya.

Dari awal berdiri yaitu 2 Februari 2012. Boleh dikatakan sudah hampir setahun perjalanan yang mereka lalui bersama. Dan anggotanya kini semakin bertambah yakni sekitar 40 orang dari berbagai macam daerah.

Ada dari Kabupaten Kubu Raya, Kota Pontianak, Putussibau, Tayan dan masih banyak lagi. "Pokoknya anggota kita beragam. Mereka berasal dari berbagai daerah," tuturnya.

Kegiatan pokok dalam komunitas tersebut adalah penyadaran lewat teater maupun bakti sosial. Selain itu mereka juga ada pengajian-pengajian kecil dalam rangka membentuk pengetahuan yang beriman. (edisi cetak Tribunpontianak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved