Style Blitz Tribun

Rawat Bonsai Usai Ngantor

Kendatipun bonsai dapat dikreasikan, akan tetapi ia tetap mempertahankan prinsip bonsai dengan bentuk segi tiga langit.

Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kecil, mungil, unik dan mahal. Itulah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan tanaman bonsai. Kendati pembuatannya sulit, tapi bagi penggila bonsai, tanaman "kerdil" itu tak hanya menguntungkan, tapi juga dapat menghilangkan stres. Seperti dilakoni Syafrin Lewi, penghobi bonsai di Jalan Abdurahman Saleh IV No 8, Pontianak Selatan.

Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal yang disebut bon, dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas.
Seni bonsai ini sudah digeluti Syafrin Lewi sejak 27 tahun silam, tepatnya pada 1985. Pria yang sehari-hari menjabat Dirut BPR Sukadana Prima ini sudah memiliki 80 koleksi bonsai yang ditanam di lahan taman rumahnya.

Saat ditemui Rabu kemarin, Syafrin sedang melakukan perawatan bonsai koleksinya. Ia pun menceritakan kegemarannya dalam mengembangkan bonsainya itu.

Ia mengatakan sejak kecil ia sudah membantu saudaranya untuk merawat tanaman hias, akan tetapi jenis anggrek bukan bonsai. Ketertarikannya dengan bonsai bermula sejak ia melihat sebuah pohon bonsai yang sangat indah, ia lalu mencoba  membuat sendiri, dengan membentuk postur batang pada bonsai.

Menyenangi bonsai dirasakannya semakin kuat dengan menghasilkan bonsai dari karyanya sendiri, baik bonsai ukuran besar maupun bonsai ukuran kecil yang menghiasi meja dan ruang tamu.

Akan tetapi selang dua tahun berjalan ia sempat mengalami kebosanan, karena bonsai karyanya tak tumbuh seperti diharapkan. Bonsai yang sudah ditanami tak dirawatnya, setelah beberapa lama bonsai yang ia tanami mulai menunjukkan bentuk dan mengembalikan semangatnya untuk terus menjadi penghobi sekaligus pembonsai.

"Bonsai pertama kali saya tanam pada saat anak pertama saya usia enam bulan dalam kandungan, dan saat ini anak saya sudah berusia 25 tahun," ujarnya

Ia mengatakan bonsai yang ia buat dan menanam sendiri memang memerlukan keuletan dan kesabaran. Karena untuk menghasilkan bonsai jadi memerlukan waktu yang tidak sebentar. Sebelum bonsainya jadi ia mengatakan harus meluangkan banyak waktu untuk bonsainya bahkan sepulang dari kantor ia langsung mengurusi bonsainya.

"Biasanya saya menyiapkan waktu tidak terlalu lama karena sudah jadi, kadang sore, dan kadang malam tapi tidak terlalu lama. Kalau dulu begitu pulang kerja langsung ngurus  bonsai, Sampai istri saya bilang bonsai istri kedua dan menjadi madunya istri saya," ungkap Syafrin.

Bibit Sungai

Untuk bibit, ia mengatakan diambil dari wilayah Kalbar saja dan hanya ada satu bonsai Sianto yang bibitnya dibeli di Cipanas Rp 5 ribu. Sedangkan yang lain bibit ia dapatkan dari bijian ataupun mencangkok tanaman orang lain, bahkan ada bibit yang dipungut dari tepi sungai yang disulapnya menjadi bonsai bernilai jutaan rupiah.

Di antara bonsai koleksinya terdiri dari Kingkit, Anting putri, Sianto, Cemara udang, beringin, dan pohon asam. Namun dikatakannya saat ini paling banyak yang dikembangkan adalah anting putri, karena bonsai jenis ini lebih mudah tumbuh.

"Pada dasarnya semua bonsai yang saya miliki saya senang, akan tetapi memang ada yang paling saya sayangi yaitu bonsai jenis kingkit, karena susah untuk hidup. Pernah beberapa kali saya cangkok tapi tak mau hidup, Hanya biji yang saya tanami dan hidup, namun untuk menunggu sampai besar memerlukan waktu yang sangat lama," katanya.

Dijelaskanya, tak hanya batang bonsai yang bisa dibentuk, akan tetapi juga akarnya, tergantung kreatifitas pemilik, bahkan ia juga merangkai bonsai dalam satu pot yang akan dijadikannya bonsai hutan kota. Untuk memperindah bonsai miliknya ia belajar melalui buku dan internet, dan ia juga tak sungkan melakukan training untuk mengubah pola bosai miliknya.

Kendatipun bonsai dapat dikreasikan, akan tetapi ia tetap mempertahankan prinsip bonsai dengan bentuk segi tiga langit.

"Pada tahun 1994 saya pernah berkeliling di GOR selama tiga hari, untuk mencari delapan pot bonsai saya yang dicuri. Awalnya sangat kesal, akan tetapi harus diikhlaskan," ungkap Syefrin.
Kendati demikian hingga saat ini ia belum berniat untuk menjual bonsai miliknya, karena untuk di koleksi sendiri.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved