Cap Go Meh 2012

Momentum Menembus Energi Tradisi

Festival hari ke 15 setelah tahun baru imlek itu, bagai momentum yang menembus tradisi

zoom-inlihat foto Momentum Menembus Energi Tradisi
ISTIMEWA
Tatung Singkawang beraksi
Citizen Reporter
Cap Go Meh, Momenyum Menembus Energi Tradisi
Oleh : Hery Ristiawan (Staf Humas Protokol Pemkot)

Pagi itu (Senin, 6/2/2012) cuaca Kota Seribu Kelenteng cerah, waktu yang tepat untuk mengabadikan momen. Orang-orang Singkawang dan turis berkumpul di jantung Kota komplek pertokoan, mereka terlihat sesak, begitu ramai.

Di Stadion Kridasana, hingar-bingar suara tetabuhan gendang, simbal yang dipukul terasa memekikkan telinga, asap hio tercium mengundang kesan magis, mereka begitu banyak dengan warna merah, di atas dan di bawah tandu yang menggangkatnya. Seperti ada energi magis yang menggerakkan orang-orang yang berani berdiri di atas benda-benda tajam, menusuk wajah dengan logam besi tajam, lalu berjalan keliling kota untuk mengelilingi altar persembahan.

Energi pada hari ke 15 setelah pergantian tahun imlek yang tak dapat ditangkap dengan indra. Energi gairah, geram, emosi dengan berbagai kepribadian yang merasuki, itu semua mejadi tontonan kolosal nyata yang mengundang orang-orang untuk melihatnya.

Semua mata dan kamera tertuju merekam jejak tingkah visual ulah para tatung-tatung, tapi mereka tak perduli dengan itu, tetap berjalan, berdiri, berirama dari keributan teratur para pemukul suara.

Naga-naga kain merah yang digerakkan meliuk-liuk kesana kemari oleh beberapa orang, dari kepala hingga ke ekor mengikuti gerak dari kemala berbentuk seperti lampion yang digerakkan dengan tongkat, panji-panji bentuk segi tiga memanjang terikat tongkat diangkat tinggi-tinggi di belakang naga itu. Ada pula replika binatang fabel seperti harimau, kelinci, ayam, dan anjing yang ikut dibelakang sang binatang mitologi yang berani itu.

Membersihkan jalan dan wabah, menjadi kultus ritual yang dipercaya. Ketika hari semakin siang, melepas atribut pakaian jenderal perang, panglima perang yang merasuki. Terlihat satu persatu dari para Tatung-Tatung itu sadar dengan wajah memerah dan terlihat lelah setelah melakoni kepribadian yang bukan mereka.

Hari semakin sore hingga matahari perlahan tak lagi di atas kepala, suasana di altar ketika kerumunan orang-orang dalam sebuah tenda yang tersusun barang-barang, buah, babi yang tersembelih. Satu per satu dari mereka menunjukkan tangan, ketika barang-barang yang ditunjukan disebut, saut-sautan untuk mengangkat tangan hingga tak ada lagi yang berani menyaingi harga, mencari peruntungan dari barang-barang yang hendak dimiliki.

Rekam jejak dari momentum  Festival Cap Go Meh di Singkawang dengan Festival hari ke 15 setelah tahun baru imlek itu, bagai momentum yang menembus tradisi,  dari tempat-tempat yang merayakan Imlek dan Cap Go Meh di Indonesia, Singkawang pun tak lepas dari jejak sejarah hingga menjadikannya layaknya benchmark dari kemeriahan itu.

Sejak  ekspedisi seorang pelaut pada 1834, George Windsor Earl yang menulis kata "Sinkawan" dalam bukunya "The Eastern Seas".  (*/arm)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved