Enam Jam ke Tempat Tugas
Sebagai seorang ahli gizi, ia bertugas promotif dan preventif serta melayani konsultasi dari masyarakat yang datang.
Penulis: Mirna | Editor: admin
"Di sana kan daerah air. Kalau dari kota menuju ke sana harus menggunakan klotok. Butuh enam jam untuk sampai di tempat dinas atau puskemas," ungkap Rika, di kediamannya kepada Tribun, Selasa (29/6).
Untuk mengisi waktu saat dalam perjalanan, ia menyibukkan diri dengan banyak membaca. "Daripada diam, lebih baik membaca," ujarnya.
Jika alam sedang tidak bersahabat, alias hujan, atau duduk berdesak-desakan, kerap membuatnya mual. "Kalau hujan, (jendela) semuanya ditutup, jadi pengap. Segala bau pastinya tercium," tuturnya.
Dihadapkan dengan medan yang begitu berat, bagi Rika, semuanya sudah digariskan sang Maha Kuasa. "Saya sih enjoy di manapun berada. Dan dari awal saya memang sudah siap menghadapi apapun yang terjadi. Ini adalah amanat yang harus saya jalankan," tuturnya.
Dari ceritanya, saat anaknya lahir hingga berumur tiga tahun, Rika membawa anak pertamanya untuk tinggal di sana dengan fasilitas seadanya. "Karena masih kecil, makanya saya memilih merawatnya sendiri. Bahkan dengan menggunakan kereta saya bawa ia kemana-mana, seperti ke puskesmas dan tempat warga.
Namun setelah anaknya berumur 3 tahun, dan juga karena pilihan anak ingin tinggal di kota bersama neneknya, Rika harus rela jauh dari putra sulungnya itu. "Yang pasti komunikasi selalu saya lakukan. Setiap hari tidak pernah loss kontak dengan anak dan suami," katanya.
Sebagai seorang ahli gizi, ia bertugas promotif dan preventif serta melayani konsultasi dari masyarakat yang datang. Ibu hamil dan anak-anak kurang gizi merupakan pasien yang sering dihadapinya. "Saya juga selalu melakukan penyuluhan ke setiap posyandu. Di sana ada 9 posyandu, jadi saya harus berkeliling setiap harinya," jelasnya.
Mengubah kebiasaan dan paradigma masyarakat akan pentingnya gizi untuk kesehatan, tantangan besar yang harus dijalaninya bagaimana bisa mengubahnya menjadi lebih baik. "Kebanyakan warga di sana masih belum paham cara memberikan pola makan yang benar terhadap anaknya. Kepedulian mereka terhadap kesehatan anak kurang, sehingga tidak sempat membawa anak mereka ke posyandu," ujarnya.
Letak keberadaan rumah yang jauh dan kesibukkan berladang, membuat mereka malas untuk membawa anak ke posyandu. "Kondisi ini tidak membuat saya diam begitu saja. Justru saya memberikan pendekatan dengan datang langsung ke rumah mereka. Memberikan penyuluhan dan pemahaman," paparnya.
Acapkali jika tidak sedang bertugas, ia main ke rumah warga melakukan pendekatan yang berarti. Perlahan-lahan mengubah kebiasaan mereka, yang menurut Rika harus diubah. "Alhamdullilah, sekarang sudah ada perkembangan dan peningkatan. Mereka yang tadinya jarang ke posyandu, kini sudah mulai rajin membawa anaknya," ucapnya.
Memberikan pemahaman kepada warga, juga membutuhkan kesabaran. Ia pernah menghadapi orangtua yang memiliki karakter keras. "Saat itu orangtua pasien membawa anaknya yang berumur satu tahun. Ia ngotot kalau anaknya itu mengidap gizi buruk. Tapi setelah diperiksa anak itu mengalami gizi kurang baik," terangnya.
Orangtua si anak masih bersikukuh saat itu terhadap pemikirannya dan meminta rujukan ke rumah sakit. Permasalahannya bukan ia tidak mau mengizinkan memberikan rekomendasi rujukan, tapi baginya hal tersebut masih bisa ditangani di puskesmasnya. Akhirnya sang ayahpun mau membiarkan anaknya sementara waktu untuk dirawat di puskesmas.
"Tadinya ia (anak) memang tidak mau makan. Dikasih pisang makan cuma sedikit. Saya tidak menyerah begitu saja. Karena jam dinas sudah habis, kasihan melihat dia enggak ada yang menemani," ujarnya.
Rika kemudian membawa anak itu ke rumah dinasnya. "Saat saya akan makan, dia melihat dan pingin, lalu saya kasih. Dia makan sampai dua piring. Lahap benar dia makan waktu itu. Berarti permasalahan yang terjadi pada cara pemberian makan sang ibu yang tidak baik. Saya nasehatilah orangtuanya. Setelah itu orangtuanya membawa anaknya pulang ke rumah," ujarnya.
Dalam sepekan pas hari libur, ia selalu menyempatkan diri untuk pulang bertemu dengan keluarga tercinta. "Memang jauh dan capek selama perjalanan, lumayan juga badan terasa remuk. Tapi setelah ketemu suami dan anak, semuanya tidak terasa. Saya senang jika bersama mereka," tuturnya.