Rektor IKIP PGRI Pontianak Nilai Sistem Zonasi di PPDB Dapat Berdampak Negatif, Berikut Analisanya

Setelah melihat fenomena yang terjadi dengan adanya penerapan sistem zonasi ini, ternyata amburadul dan meresahkan masyarakat.

Penulis: Syahroni | Editor: Ishak
ISTIMEWA
Rektor IKIP PGRI Pontianak Rustam 

Rektor IKIP PGRI Pontianak Rustam Nilai Sistem Zonasi di PPDB Dapat Membuat Pola Pergaulan Heterogen dan Berdampak Negatif

PONTIANAK - Rektor IKIP PGRI Pontianak, Rustam, ikut menanggapi 'kisruh' sistem zonasi dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) baru-baru ini.

Ada dampak-dampak negatif yang bisa saja muncul dari diterapkannya sistem tersebut. 

Berikut analisanya, Jumat (28/06/2019): 

"Kalau menurut saya sebelum menerapkan kebijakan ini harus dibicarakan dulu secara bersama. Artinya yang mempunyai kewenangan dan membuat kebijakan itu harus membuat formulasi uji coba terlebih dahulu.

Uji coba penting dilakukan untuk mengetahui efektiftas dan keberhasilan dari program dan kebijakan yang diterapkan.

Baca: Kepala SMPN 26 Pontianak Timur Siap Laksanakan PPDB

Baca: PPDB Sistem Zonasi, Bapemperda Pontianak Desak Pemkot Alokasikan Anggaran Tingkatkan Sekolah Swasta

Setelah melihat fenomena yang terjadi dengan adanya penerapan sistem zonasi ini, ternyata amburadul dan meresahkan masyarakat.

Kesempatan orang yang pintar atau mempunyai nilai baik menjadi kecil bahkan tertutup untuk masuk di sekolah negeri yang dianggap baik dan mampu meningkatkan semangat  prestasinya.

Kemudian masyarakat juga berbondong-bondong memindahkan alamat tinggal atau KK agar mendekati sekolah.

Selain itu, sekolah yang bagus dan favorit malah dimasuki orang-orang yang nilainya rendah.

Kemudian kelemahan lainnya adalah membuat pergaulan anak-anak kita menjadi homogen.

Awalnya sistem yang diterapkan sudah baik guna membuat anak kita bergaul heterogen, bergaul dengan orang yang berbeda akhirnya menjadi mengelompok karena  zonasi.

Bergaul dengan orang yang sama, kelompok yang sama, sehingga kedepan dikhawatirkan dapat menumbuhkan sikap sentimen terhadap kelompok lainnya karena sudah terpola akibat zonasi.

Baca: PPDB SMP Dimulai Pekan Depan, Wali kota Pontianak Minta Disdik Bekerja Maksimal

Baca: Penerapan Sistem Zonasi PPDB SMP di Kota Pontianak Didasari Jarak Tempuh Manual dan Apalikasi

Selanjutnya setelah melihat fenomena yang ada, banyak masyarakat menganggap sistem zonasi ini ada deskriminasi yang dilakukan. Pertama perbedaan wilayah yang nantinya berakibat bukannya membangun malah menjadi cemburu sosial.

Misalnya kita ambil contoh di Pontianak Timur, akhirnya para anak-anak dan remajanya hanya bergaul sesama di Pontianak Timur, rawannya ada kekhawatiran akibat terpolarisasi ini saat bersinggungan dengan kelompok lainnya maka timbul gesekan atau semacam perselihan yang bisa menimbulkan tawuran dan sebagainya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved