Pilpres 2019

Mata Najwa Trans7 : TKN Jokowi-Maruf Amin Tantang BPN Prabowo-Sandiaga Buka-Bukaan Data Klaim Menang

Hasto Kristiyanto menilai deklarasi Prabowo sebagai upaya menjaga militansi dari anggotanya.

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jimmi Abraham
Youtube
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN), Hasto Kristiyanto memberikan tanggapan dalam program Mata Najwa bertema Usai Pemilu di Trans7 Rabu (24/04/2019) malam. 

Mata Najwa Trans7 : TKN Jokowi-Maruf Amin Tantang BPN Prabowo-Sandiaga Buka-Bukaan Data Klaim Menang

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN), Hasto Kristiyanto menegaskan dirinya tidak sepakat dengan istilah politik "genting" yang digunakan oleh Kubu Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno. 

Menurut dia, istilah itu tidak pas jika disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pasca pemungutan suara 17 April 2019. 

"Restoran padang tetap laris, mie aceh tetap laris. Jadi gak ada tu situasi genting secara politik," ungkapnya dalam program Mata Najwa bertema Usai Pemilu di Trans7 Rabu (24/04/2019) malam.

Namun, jika dibilang ada ketegangan dan segala macam setelah hasil quick count atau hitung cepat lembaga survei, Hasto Kristiyanto mengamini.

Baca: Mata Najwa: Priyo Budi Santoso Klarifikasi Soal Deklarasi Prabowo & Isu Sandiaga Uno Kena Santet

Baca: Mata Najwa: Jokowi Jawab Soal Kondisi Indonesia & Sampaikan Pesan Ini Ke Masyarakat Usai Pemilu 2019

"Iya. Tapi kalau kita lihat ekspresi Pak Sandi (Sandiaga Uno_red) kan mencerminkan bahasa yang sebenarnya. Deklarasi boleh jadi 3 kali, 5 kali sekalipun. Tapi, Pak Sandi kan tidak mengekspresikan sebuah rasa keyakinan kegembiraan," terang dia.

Hasto Kristiyanto menilai deklarasi Prabowo sebagai upaya menjaga militansi dari anggotanya. Hal itu penting bagi seluruh partai politik menjelang Pemilu 2024 mendatang. 

"Sehingga mereka jaga mililitansinya," kata dia.

Namun, pihaknya menyoroti klaim kemenangan Prabowo-Sandi yang berubah-ubah prosentasenya mulai dari 62 persen lalu menjadi 54 persen. 

Tim Kampanye Nasional (TKN), kata dia, mengajak Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga untuk buka-bukaan data agar rakyat Indonesia mendapat informasi benar yang bisa dipertanggungjawabkan. 

"Kami mengajak BPN untuk bersama-sama membuka data," tantangnya.

Hal itu bukan tanpa sebab, menurut dia partai sekelas PDIP saja untuk mengkalim data yang masuk mencapai 40-60 persen pada saat itu tidaklah mudah. 

Walaupun, PDIP memiliki jejaring komputer sebanyak 150 ribu secara nasional.

Baca: Di Mata Najwa Trans7, Jokowi Jawab Tudingan Dugaan Kecurangan Pemilu 2019 di Depan Najwa Shihab!

Baca: Ditanya Najwa Shihab Di Mata Najwa Trans7 Soal Delegitimasi KPU, Jokowi Sebut Ndak Enam Kali ?

PDIP mempunyai kamar hitung di setiap provinsi. Rata-rata perangkat komputer untuk tingkat provinsi sebanyak 75-100 komputer.

Sementara itu, pada tingkat kabupaten/kota, ada sekitar 40-75 unit komputer.

"Sampai hari ini (24/04/2019) sore, kami baru mencapai 27 persen (data masuk_red). Dengan tingkat perolehan 58 persen untuk Pak Jokowi dan Pak Maruf Amin. Pak Prabowo dan Pak Sandiaga 42 persen," jelas Hasto Kristiyanto

"Itu dengan seluruh infrastruktur yang kami bangun. Maka, kami ajak BPN, mari terbuka aja. Diaudit saja, pengamat politik datang untuk melihat apakah C1 benar, apakah sistemnya benar. Itu yang kami harapkan untuk dibuka di publik," tukasnya. 

Berikut cuplikan video klarifikasi dari Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN), Hasto Kristiyanto dalam program Mata Najwa bertema Usai Pemilu di Trans7 Rabu (24/04/2019) malam :

BPN Catat dan Lengkapi Bukti Kecurangan

Direktur Relawan BPN Ferry Mursyidan Baldan memastikan pihaknya akan mencatatkan dan melengkapi seluruh bukti kecurangan yang selama ini diungkapkan.

"Bukti itu nanti kami catatkan dan lengkapi dan kami smpaikan pada KPU dan Bawaslu," ujar Ferry saat ditemui di kantor BPN, Jalan Kertanegara nomor 6, Jakarta Selatan, Kamis (24/4/2019).

Menurut Ferry, tuduhan BPN terkait adanyanya kecurangan didasarkan pada bukti-bukti formulir C1.

Penelusuran dugaan kecurangan dilakukan sejak di tingkat tempat pemungutan suara (TPS) dan PPK (Panitia Pemilu di tingkat Kecamatan).

"Kami tidak akan membual karena seluruh prosesnya berbasis C1. Penelusuran bentuk kecurangan mulai dari tingkat TPS lalu PPK," kata Ferry.

Selain itu ia juga meminta agar pihak TKN tidak perlu risau dengan tuduhan kecurangan pemilu dari pihak BPN.

"Kenapa TKN yang risau, kan seharusnya KPU. TKN kan sama dengan BPN, bukan penyelenggara pemilu. Lalu kenapa risau?" ucapnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN), Ace Hasan Syadzily, meminta BPN membuktikan dan melaporkan segala bentuk kecurangan Pemilu ke Bawaslu.

Ace menilai, seharusnya BPN tak hanya menyatakan adanya dugaan pemilu kepada publik.

"Kalau ditemukan kecurangan, ya penyimpangan maka laporkan saja di mana letak penyimpangan itu. Jangan koar-koar saja tapi harus dilaporkan kepada pihak Bawaslu," ujar Ace saat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/4/2019) seperti dikutip dari Kompas.com. (*)

Lebih dekat dengan kami, follow akun Instagram Tribun Pontianak :

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved