Tanggapi Pengurangan TPS, Dosen Teknik Lingkungan Untan Singgung Perilaku Masyarakat
Kiki Priyo Utomo menjelaskan sebenarnya masalah terkait pengurangan TPS dan bermunculan TPS liar, kembali pada perilaku masyarakat
Penulis: Syahroni | Editor: Tri Pandito Wibowo
Tanggapi Pengurangan TPS, Dosen Teknik Lingkungan Untan Singgung Perilaku Masyarakat
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Persoalan sampah yang ada di Kota Pontianak tidak bisa dipandang remeh, perlu penanganan terpadu sehingga tak menjadi masalah dimasa depan.
Saat ini, bermunculan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) liar harus segera dituntaskan pemerintah.
Dosen Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Kiki Priyo Utomo menjelaskan sebenarnya masalah terkait pengurangan TPS dan bermunculan TPS liar, kembali pada perilaku masyarakat itu sendiri. Sebab masyarakat ada kecenderungan malas berjalan.
Artinya masyarakat harus pergi meletakan sampah dan sekarang jauh karena TPS ditutup sehingga menimbulkan TPS liar.
Baca: Erma Suryani Ranik Sebut Nasib 4 Juta Pemilih Tanpa E-KTP di Tangan MK
Baca: BREAKING NEWS - Gempa Guncang Sintang, BMKG Imbau Masyarakat Tenang! Magnitudo 3,1 Kedalaman 5 KM
Baca: Gempa Guncang Sintang, Perhatikan Hal-hal Ini Jika Anda Berada di Lokasi Gempa
"Jadi seharusnya yang dilakukan oleh pemerintah, pertama adalah harus menjelaskan pada masyarakat kenapa TPS yang ada sampai ditutup," ucap Kiki Priyo Utomo saat diwawancarai, Rabu (27/3/2019).
Pengalaman dirinya sendiri, dulu didekat rumahnya ada tiga TPS dan dua telah ditutup sedangkan sekarang tinggal satu. Apabila dirinya mau membuang sampah maka harus menggunakan sepeda motor.
Sebelum penutupan diberi tahu, bahwa TPS yang ada akan ditutup dan tidak lama ada petugas yang berjaga untuk mensosialisasikan pada masyarakat.
Maka sosialisasi seperti itulah harus dilakukan pemerintah kalau mau menutup TPS, sehingga masyarakat tidak kaget dan terkejut.
"Dekat rumah saya itu proses penutupannya lama," jelasnya.
Kemudian upaya yang perlu dilakukan adalah penyadaran masyarakat bahwa membuang sampah sembarangan merugikan mereka sendiri.
"Sampah yang malas kita membuangnya itukan sampah organik, kalau sampah itu diolah dirumah maka tidak bau lagi dan masyarakat juga bisa memanfaatlan angkuts aplikasi yang menjemput dirumah kalau memang malas membuangnya ke TPS sendiri," tambahnya.
Selain itu, ia menilai memang tidak bisa tidak, TPS harus dikurangi kecuali sampah yang dihasilkan adalah sampah kering. Sampah basah yang dihasilkan akan membuat bau tidak nyaman disekitarnya.
Ia menyebutkan penanganan sampah di kota dalam wakrtu dekat ini harus memaksimalkan pengurangan dan pemanfaatan sampah yang ada.
Kemudian yang dilakukan adalah memperbanyak TPST yang mampu mengolah sampah sehingga tak semua di angkut di TPA.
"Di Pontianak juga ada tiga perusahaan yang mau membeli sampah daur ulang, sehingga bisa dimanfaaatkan masyarakat. Tapi masyarakat harus bisa menyesuaikan kualitas atau standar mereka," pungkasnya.