Program DMPA Sinar Mas Ajarkan Masyarakat Cegah Karhutla dan Capai Ketahanan Pangan

Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) Sinar Mas Agribusiness and Food yang dilaksanakan sejak tahun 2016 telah menorehkan catatan prestasi

Penulis: Ramadhan | Editor: Tri Pandito Wibowo
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Nur Imam Satria
Vice Presiden Agronomi PT Agrilestari, Junaidi saat menyerahkan reward DMPA ke Desa Tajok Kayong, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang. 

Program DMPA Sinar Mas Ajarkan Masyarakat Cegah Karhutla dan Capai Ketahanan Pangan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG - Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) Sinar Mas Agribusiness and Food yang dilaksanakan sejak tahun 2016 telah menorehkan catatan prestasi dan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.

Melalui program pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, masyarakat memiliki kemampuan dalam mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta mencapai ketahanan pangan dengan cara yang lebih ramah lingkungan melalui Pertanian Ekologis Terpadu (PET), dan meninggalkan pola bertani dengan membakar.

"Program DMPA kami rancang dengan memahami kebutuhan masyarakat dari desa binaan kami. Tahap pertama fokus pada pencegahan dan mengatasi kebakaran. Tahap kedua, kami mencoba memberikan solusi dari akar permasalahan agar masyarakat mau dan bisa meninggalkan pola bertani dengan membakar melalui PET. Saat ini, perusahaan telah melakukan pendampingan kepada 32 desa di Sumatera dan Kalimantan untuk program DMPA,” jelas Susanto Yang, CEO Sinar Mas Agribusiness and Food Wilayah Kalimantan Barat, Kamis (14/03/2019).

Baca: Muda Mahendrawan Keluarkan Kebijakan Pagu Indikatif Kecamatan

Baca: VIDEO: KPU Kayong Utara Sortir dan Lipat Surat Suara Pemilu

Baca: VIDEO: Mobil Dinas Dokter Sabar Terjungkal ke Parit, Ini Penjelasan Kapolsek Putussibau

Menurut Susanto, melalui PET masyarakat akan tetap dapat bertani dan mendapatkan pangan yang dibutuhkan, bahkan mendapatkan produktifitas yang lebih baik dan pengeluaran yang lebih sedikit untuk mengelola pertanian.

"Bersama dengan Masyarakat Siaga Api atau MSA dan pemerintah setempat, masyarakat desa diajak untuk melakukan proses belajar dengan praktik di lapangan atau disebut juga sekolah lapangan PET dan kemudian mereplikasikan di kebun masing-masing," terangnya.

Lebih lanjut Susanto menyebutkan, bahwa keberhasilan ini dapat terlihat dengan keluarga anggota kelompok PET yang mampu mendapatkan penghasilan Rp 1 - 1.3juta setiap bulannya. Penghasilan tersebut dapat membantu masyarakat anggota kelompok PET untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun membayar kebutuhan anak-anak sekolah.

Selain itu, tentunya indikator keberhasilan program DMPA yang telah berlangsung sejak tahun 2016, juga dapat diukur dengan penurunan titik panas di Kabupaten Ketapang. Pada tahun 2018, titik panas di Ketapang menurun sebesar 89,0% dibandingkan dengan tahun 2015, dimana terdapat 213 titik panas dan 130 titik api di desa binaan.

"Cuaca menjadi tantangan utama di tahun 2018, di mana curah hujan lebih sedikit dan musim kering lebih panjang dibandingkan tahun 2017," ujarnya kembali.

Untuk itu, upaya dari desa-desa binaan di Ketapang untuk menjaga areanya agar tidak terbakar mendapatkan apresiasi dari perusahaan. Sejak tahun 2016, desa-desa yang berhasil mencegah terjadinya kebakaran lahan menerima penghargaan sebesar Rp 50 - 100juta dalam bentuk sarana dan prasarana pemadaman kebakaran dan fasilitas umum bagi desa. Di tahun 2018, sebanyak lima desa mendapatkan Rp 100juta dan tiga desa mendapatkan Rp 50juta.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved