Persoalan Karet dan Sawit, Wabup Sintang Imbau Tambah Tanaman Bernilai Ekonomi Lainnya

Wakil Bupati Sintang Askiman menyampaikan bahwa memang sampai saat ini komoditas tanaman yang masih menjadi andalan masyarakat

Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ WAHIDIN
Wakil Bupati Sintang Askiman 

Persoalan Karet dan Sawit, Wabup Sintang Imbau Tambah Tanaman Bernilai Ekonomi Lainnya

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Wakil Bupati Sintang Askiman menyampaikan bahwa memang sampai saat ini komoditas tanaman yang masih menjadi andalan masyarakat di Sintang dalam memenuhi kebutuhan ekonominya ialah tanaman karet dan sawit.

Namun memang pada kenyataannya, dua komoditas tanaman utama di Sintang ini dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan harga, sehingga juga berdampak pada perekonomian masyarakat.

Askiman menyampaikan bahwa untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah pusat juga sudah memprogramkan akan membeli karet masyarakat dengan harga 10.500 per kilogram sebagai campuran aspal.

Baca: Perbedaan Menjadi Keunggulan Kabupaten Sekadau

Baca: Alamat RSUD M Th Djaman Sanggau Lengkap dengan Rutenya

Baca: Jokowi Resmikan Tol Terpanjang di Indonesia Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar Sepanjang 140,9 KM

"Mudah-mudahan program ini bisa berjalan karena untuk Pemkab Sintang tidak bisa ikut camput membantu meningkatkan harga karet. Pesan saya petani karet tetap jaga kebun dan jaga kualitas kulatnya jangan sampai kalah kualitasnya dengan karet dari Thailand dan Malaysia," katanya, Jumat (8/3/2019) pagi.

Begitu juga sawit, menurut Askiman sawit ini mengalami masalah karena di eropa yang mengkritisi dampak lingkungannya. Menurutnya memang masyarakat harus mulai melirik hilirisasi produk sawit.

Oleh karena itu, Askiman menyampaikan bahwa dirinya juga tidak bosan untuk terus mendorong masyarakat di Kabupaten Sintang menambah jenis tanaman bernilai ekonomi yang lain selain karet dan sawit.

"Masyarakat Sintang mulailah menanam tanaman lain seperti kopi dan kakau. Kami akan bantu bibit dan pendampingan bagi masyarakat yang mau menanam dan mengembangkan kopi dan kakau," jelasnya.

Kemudian terkait persoalan lada di perbatasan, menurut Askiman pemerintah sudah melakukan penelitian terhadap serangan hama yang terjadi akhir-akhir ini di perbatasan.

"Hasil sementara disebabkan oleh virus yang ada di bibit dan pupuk yang dipasok para petani dari Malaysia. Saat ini lada putih dibeli dengan harga 50 ribu per kilogram. Kalau mau meningkatkan harga lada, maka saya minta petani meningkatkan kualitas ladanya," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved