Suriadi Ceritakan Pengalamannya jadi Tatung Cap Go Meh Singkawang 2018
Pada saat sudah masuk, selama 15 menit dirinya dalam kondisi tidak sadar. Pada saat pawai tubuh terkadang sadar dan terkadang tidak.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Satu di antara peserta Tatung perayaan Cap Go Meh Kota Singkawang tahun 2019, Suriadi (29) sangat antusias menyambut even internasional ini.
Sebagai Tatung dirinya berada dalam keadaan sadar dan tidak sadar. Saat sadar ia melihat sangat meriah dan bangga dengan perayaan CGM.
"Saya sudah lima tahun jadi Tatung," katanya, Minggu (13/1/2019).
Baca: Sukseskan Cap Go Meh Singkawang 2019, Singkawang Berikan Dana Hibah Rp 900-an
Baca: Hengky Ajak Warga Berbenah Sukseskan Cap Go Meh Singkawang 2019
Baca: Panitia Cap Go Meh Ajak Pengusaha Jakarta Bangun Sekolah di Singkawang
Tahun lalu ia turun menjadi tatung bersama ayahnya Lay Djat Kong (65). Dirinya memakai kostum seperti kaisar.
Dewa Kim San Pak Kung yang merupakan dewa rejeki masuk ke tubuh Suriadi selama perayaan tahun lalu. Sementara ayahnya dirasuki Dewa Cie Mie Sian Kiun yang merupakan kaisar kerajaan langit.
Pada saat mulai ritual badan bergetar dan meriang dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Pada saat sudah masuk, selama 15 menit dirinya dalam kondisi tidak sadar. Pada saat pawai tubuh terkadang sadar dan terkadang tidak.
"Kita juga kenal teman-teman, tapi tidak bisa ajak berbicara," cerita Suriadi.
Dalam acara tarung ini ia melakukan puasa selama tiga hari dengan menu vegetarian (sayuran_red).
Saat tampil dirinya harus menggunakan sesuatu yang baru, termasuk pakaian. Selain itu bila sudah berkeluarga, suami istri tidak boleh tidur bersama.
"Itu semua selama tiga hari," tuturnya.
Ia yang dari Vihara Cetya Tridharma Bumi Raya Sedau berharap semoga tahun ini dapat menjadi Kota Singkawang yang mempunyai toleransi kuat.