Kontroversi Statement Indonesia Akan Punah, Pengamat : Mesti Dengan Data

Kalau dalam politik itu, istilahnya simbol kapasitas, yang menunjukan simbolnya, jadi sah-sah saja, mesin politik mesti bergerak.

TRIBUN PONTIANAK / RIDHO PANJI PRADANA
Pengamat Politik Untan, Jumadi 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,.PONTIANAK - Menanggapi kontroversi statement pidato Indonesia akan punah oleh salah satu calon presiden, Pengamat Politik Untan Jumadi, Ph.D menilainya seperti ini. 

Itukan bagian dari rekonsolidasi partai politik, terkait dengan Pilpes dan Pileg. Saya pikir wajar-wajar saja.

Kalau dalam politik itu, istilahnya simbol kapasitas, yang menunjukan simbolnya, jadi sah-sah saja, mesin politik mesti bergerak.

Pernyataan-pernyataan politik didalam kompetisi politik kadang-kadang muncul, tapi menurut saya, ketika menyatakan negara punah terlalu agar sedikit berlebihan, tapi ini bagian dari komunikasi politik untuk membangun simpatik.

Baca: Capres Nomor Urut 02 Prabowo Soal Indonesia Punah, OSO: Ah Bohong Itu

Baca: Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah Sependapat Orasi Prabowo Soal Indonesia Punah, Tapi

Sah-sah saja namun kata punah itu mesti terukur. Bagi pemilih rasional tentu pernyataan seperti itu perlu ada ukuran, tentu setiap pemilih punya persepsi yang berbeda.

Didalam sebuah kompetisi politik, statment-statment pasti dalam konteks membangun persepsi politik

Jadi, apapun bentuk yang disampaikan lawan politik bisa ditafsirkan oleh lawan politik yang lain, tinggal barang kali yang penting bagaimana menyampaikan kepada publik dalam konteks bagian dari edukasi politik.

Kalau kata punah misalnya, mesti ada ukuran data yang bisa dipertanggung jawabkan, begitu juga dengan kelompok sebelah mengatakan masa depan Indonesia lebih baik juga mesti meyakinkan dengan data-data, dan itu penting menurut saya.

Dengan begitu, masyarakat akan melihat kondisi realitas sekarang, realitas sekarang akan menjadi pertimbangan bagi pemilih rasional untuk melihat apakah tawaran yang disampaikan rasional.

Gaya pidato juga pertama karena karakter, kemudian orang tentu punya kapasitas yang berbeda dalam menyampaikan sesuatu.

Misalnya ada yang orator, ada juga yang biasa-biasa saja, kalau kita lihat misalnya bagaimana statment Presiden Amerika Donald Trump menyerang Hillary Clinton, begitu juga sebaliknya.

Dalam tradisi politik liberal, itu biasa.

Namun tentu sistem politik demokratis yang diterapkan dengan prinsip yang sama berada dalam wilayah budaya yang berbeda, itu yang perlu diperhatikan, kultur barat beda dengan kultur timur, ada etika dan kultur politik yang mesti dipertimbangkan baik Capres maupun timsesnya.

Barang kali dalam politik Amerika, statment-statment itu hal yang biasa, namun bagi kita barang kali sudah keluar dari konteks etika budaya politik, rambu-rambu penting untuk dipahami ditengah kompetisi politik ini.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved