Mahasiswa Fakultas Teknik Untan Ciptakan Alat Ukur Kadar Karbon Monoksida pada Asap Rokok
Asap dari sebatang kecil rokok sesungguhnya sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.
Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Madrosid
Citizen Reporter
Mahasiswa Prodi Teknik Elektro Untan
Riki Arya Pratama
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Asap dari sebatang kecil rokok sesungguhnya sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.
Salah satunya adalah di dalam asap terkandung bahan kimia yang sering disebut karbon monoksida (CO).
Sementara itu bagi perokok aktif, saat menghisap rokok adalah sebuah kenikmatan, padahal asap yang dihasilkan itu sangat berbahaya tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga orang di sekitarnya yang tanpa sadar juga menghisap asap rokok tersebut.
Hal itulah yang menginspirasi Riki Arya Pratama, mahasiswa Prodi Teknik Elektro Untan untuk menciptakan alat ukur kadar karbon monoksida pada asap rokok.
Baca: Demi Keamanan, Driver Online Pasang Kawat Antibegal di Ruang Kemudinya
Sepintas lalu, alat itu lebih mirip kotak kecil yang berukuran panjang 11 cm, lebar 9 cm dan ketebalan 4 cm.
Namun jika diperhatikan lebih lanjut, pada bagian depan ada layar kecil LCD untuk tampilan nilai kadar ppm, ada pula 5 buah lampu LED sebagai indikator informasi level bahaya CO, saklar ON/OFF untuk mengaktifkan atau sebaliknya alat.
Sementara di bagian dalam kotak terpasang mikrokontroler ATMEGA 328 Arduino Uno, sensor karbon monoksida MQ7, blower fan serta power supply berupa battery 9 V.
Alat berupa kotak tersebutlah hasil rancangan dari mahasiswa Fakultas Teknik Untan yang belum lama ini telah menyelesaikan sidang sarjananya dengan memperoleh nilai A Riki.
Selain dibuat untuk mengukur kadar CO, Riki mengatakan alat ini juga dimaksudkan untuk membuktikan apakah memang dari beberapa jenis rokok yang dijadikan sebagai sampel adalah berbeda kadar berbahaya CO-nya.
Selain itu, alat ini dapat pula menjadi indikator bagi perokok yang tidak dapat menghilangkan kebiasaan merokoknya, tetapi berniat mengurangi dengan cara mengganti ke merk rokok yang memiliki kadar lebih ringan.
Riki yang dalam pengerjaan alat ini dibimbing oleh dua orang dosen Prodi Teknik Elektro Untan, yaitu Ferry Hadary dan Syaifurrahman, menambahkan bahwa ia juga perokok aktif. Namun untuk menghilangkan kebiasaan tersebut sulit sekali.
Adapun yang bisa dilakukannya adalah setelah mengetahui kadar dari beberapa merk rokok maka pilihan kadar yang lebih ringan adalah alternatif pilihannya.