Peringati Hari Batik Nasional 2018, Mahasiswa-Mahasiswi FISIP Untan Membatik Massal
Ratusan mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Madrosid
Citizen Reporter
Mahasiswi FISIP Untan
Rizka Nanda
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ratusan mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak memenuhi Taman Arboretum Sylva Untan, Jalan Ahmad Yani, Sabtu (6/10). Seragam dan slayer biru ciri khasnya.
Hari itu dalam rangka memperingati hari batik nasional. Ratusan mahasiswa baru itu belajar membatik bersama dalam agenda Technical Regenerasi Angkatan (Taring) 2018.
"Kami diajarkan membuat batik. Ada beberapa teori tentang cara pembuatan batik. Intinya pada acara ini akan melestarikan lagi budaya asli kita yaitu batik," ungkap Zulfadli mahasiswa fisip Untan.
Baca: Bupati Citra Duani Harap Percontohan Bawal Bintang Bermanfaat untuk Masyarakat
Zulfadli menuturkan pembuatan batik dibagi beberapa kelompok. Untuk kelompoknya membuat batik corak insang dengan tulisan fisip ditengahnya. Hasil batik itu kemudian, akan dijual ke ruang lingkup internal kampus.
"Tidak menutup kemungkinan kami bakal ke luar juga. Mempromosikan batik ini. Modalnya itu Rp 90 ribu dapat 2 meter kain jadi kami bakal jual 100 rinu untuk 1 meter kain. Jadi kami juga belajar berwirausaha," terang Zulfadli.
Ia mengakui tingkat kesulitan saat belajar membatik ini karena belum terbiasa. Jika sudah terbiasa tidak terlalu sulit. Untuk alat-alatnya yakni 2 botol ukuran 1,5 liter. Kemudian 2 botol 600m, gunting, benang, pisau, jarum dan kain. "Dan alat batiknya itu dari uang 90rb itu lah totalnya. Nantinya beberapa instansi yang akan melirik beberapa batik kami," tukasnya.
Pengrajin Batik Agung Suhaipah mengatakan proses pembuatan batik ini menggunakan teknik ikat jelujur. Dengan cara menggunakan jarum dan benang yang fungsinya ntuk membuat motif. Dengan teknik ini diharapkan muncul motofi baru di Kalimantan Barat.
"Ini teknik yang paling murah jadi istilahnya hasilnya dapat membuat hasil yang lebih kompetitif," jelasnya.
Agung menuturkan batik ada banyak jenis batik. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Batik yang diproduksi oleh masyarakat Indonesia masuk dalam kategori batik tradisional. Pertama adalah batik tulis yang menggunakan canting yang sering dikembangkan di Yogyakarta dan Solo. Batik ini membuatnya cukup sulit dan membutuhkan keahlian khusus.
"Juga membutuhkan peralatan yang rumit sehingga pengerjaannya lumayan lama secara otomatis akan meningkatkan biaya produksi," terang dia.
Sedangkan batik kedua adalah batik cap. Sering dikembangkan di Seragen, Jawa Barat, dan Jakarta. Batik itu cukup mudah mengerjakannya. Karena peralatannya butuh modal dasar sekitar Rp35 juta. Selanjutnya, batik yang dikembangkan oleh orang bule namanya tide seperti kain Bali.
"Motif yang cuma diikat perenggangan warna tapi tidak bisa dibuat motif lain," katanya.