Program Unik, Puskesmas Ini Ajak Ngopi Para Suami Sambil Ngobrol Kehamilan Istri

Mereka akan mendapatkan penjelasan dari petugas kesehatan termasuk juga melibatkan kepala desa.

Editor: Jamadin
KOMPAS.COM/Ira Rachmawati
Para suami dari ibu hamil resiko tinggi sedang ngobrol dan ngopi di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, BANYUWANGI - Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi mengundang para suami dari ibu hamil resiko tinggi untuk berdiskusi dan belajar tentang pengetahuan tanda bahaya kehamilan dan persalinan.

Program unik unik yang dinamai 'Ngopi Bareng Suami Bumil Risti' digelar setiap tiga bulan sekali.

Program tersebut mengundang para suami dari ibu hamil resiko tinggi untuk berdiskusi dan belajar tentang pengetahuan tanda bahaya kehamilan dan persalinan.

Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi kepada Kompas.com Sabtu (6/10/2018), mengatakan, program ngopi bersama para suami tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menekan kematian ibu melahirkan dan bayi di wilayah kerja Puskesmas Sempu.

Menurut Hadi, pada tahun 2012, selama 2 tahun tahun berturut-turut, ada 16 orang ibu hamil dan 28 bayi yang dilahirkan meninggal dunia.

Baca: Valentino Rossi Start di Barisan Depan MotoGP Thailand 2018

Sehingga, Puskesmas Sempu membuat beberapa program salah satunya adalah Laskar Sakina (Stop Angka Kematian Ibu Hamil dan Anak) dengan melibatkan kader posyandu, anggota PKK, serta untuk memantau ibu hamil resiko tinggi yang ada di sekitarnya.

Termasuk juga membentuk pemburu ibu hamil risiko tinggi (bumilristi) yang melibatkan tukang sayur keliling dan motivator ASI dan gizi di Puskesmas Sempu.

"Setelah semuanya berjalan, maka yang tidak kalah penting adalah melibatkan suami untuk mengambil peran minimal mengetahui tanda-tanda bahaya melahirkan dan pasca persalinan. Dukungan dari suami ini sangat penting sekali bagi suami yang memiliki istri hamil resiko tinggi," kata Hadi.

Baca: Dipecat dari Demokrat, Edi Saputra: Ini Merupakan Hari Bersejarah bagi Saya

Para suami yang diajak ngopi adalah mereka yang memiliki istri dengan kehamilan resiko tinggi dengan usia kehamilan 7 bulan ke atas.

Mereka akan mendapatkan penjelasan dari petugas kesehatan termasuk juga melibatkan kepala desa.

"Ini tiga kepala desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sempu juga kita datangkan agar ada komunikasi dua arah. Ngomongnya enggak terlalu resmi ya, obrolan sambil ngopi," kata dia.

Sandi (20), warga desa Sempu mengaku mendapatkan banyak informasi terkait kehamilan istrinya.

Pria yang sehari-hari bekerja di bengkel tersebut datang ke acara ngopi tersebut setelah mendapatkan informasi dari bidan desa.

Baca: Gelar Stadium General Bahas Literasi di Revolusi Industri 4.0, PBSI Datangkan Pembicara Nasional

"Istri saya baru usia 18 tahun dan ini kehamilan pertama. Saya juga baru tahu kalau resiko tinggi, karena usianya di bawah 20 tahun," ungkap Sandi.

Dia senang dilibatkan dalam acara tersebut sehingga mengetahui tanda-tanda bahaya jelang persalinan istrinya.

Sementara itu, Deva Mei Nuriwati (18), istri dari Sandi mengaku, dia juga mengetahui banyak tentang tanda-tanda bahaya saat melahirkan, salah satunya adalah kaki bengkak.

"Bu bidan sama ada kader yang sering ngasih tahu. Kan ini kehamilan pertama. Disuruh banyak olahraga, minimal jalan-jalan. Insya Allah sebulan lagi lahir. Agak takut sih, semoga nanti persalinannya lancar, Amin," kata Deva.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved