Jelaskan Perbedaaan Titik Api dan Hotspot, Manggala Agni Beberkan Wilayah Yang Berpotensi

Kepala Manggala Agni Daops Pontianak-KLKH, Sahat Irawan Manik perlu dibedakan anatara hotspot atau titik panas dengan titik api

Penulis: Try Juliansyah | Editor: Madrosid
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Petugas dari BPBD Kota Pontianak berusaha memadamkan kebakaran lahan yang meluas di Gang Masjid, Jalan Parit Haji Husin II, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (6/8/2018) siang. Diperkirakan lebih dari lima hektare lahan gambut terbakar dan terus meluas, karena jauhnya titik api dan luasnya area kebakaran. Petugas bahkan harus mengestafet air dari parit dimasukkan ke dalam tandon, selanjutnya dipompa menuju lokasi kebakaran lahan yang berjarak 700 meter lebih dari sumber air terdekat. 

Laporan Wartawan Tribunpontianak : Try Juliansyah

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBURAYA - Tingginya jumlah Hotspot di Kubu Raya, menurut Kepala Manggala Agni Daops Pontianak-KLKH, Sahat Irawan Manik perlu dibedakan anatara hotspot atau titik panas dengan titik api.

Dimana menurutnya untuk hotspot dilakukan lagi pengecekan untuk keberadaan titik apinya.

"Untuk hotspot hasil pantauan satelit masih perlu kita Groundcheck dahulu untuk memastikan apakah ada fire spot, atau titik apinya," ujarnya, Selasa (7/8/2018).

Baca: Studi Banding UMKM di Yogyakarta, Ini Apresiasi Wakil Ketua DPRD Kalbar

Dimana menurutnya ada empat daerah di Kubu Raya yang menjadi kawasan penyebaran titik api di Kubu Raya.

"Berdasarakan pantaun kami ada 4 lokasi, di Limbung, Punggur, Ambawang dan Terentang. Untuk area sekitar bandara secara umum sebagian besar bisa dikendalikan oleh Manggala Agni bersama BPD, TNI dan Polri serta bantuan Masyarakat itu sendiri pada beberapa titik," katanya.

Namun banyak lokasi sulit dijangkau dan jauh dari sumber air, menjadi satu diantara kesulitan yang mereka hadapi.

"Untuk wilayah yang sulit diakses kita gunakan strategi tandon air, atau bantuan dari tim udara (water bombing)," ungkapnya.

Menurutnya pula kebakaran di gambut membutuhkan strategi dan kesabaran yang baik dalam penanganannya. Karena diakuinya merupakan kebakaran di bawah permukaan, sehingga arah menjalarnya api yang terkadang masih sulit diduga oleh tim.

Baca: Rahmad Satria Berlabuh ke Gerindra, Pengamat: Kepentingan Bersifat Pragmatis

"Untuk areal gambut lama pemadaman sulit diprediksi, untuk sebuah areal kecil minimal butuh waktu 2-3 hari. Kalau luas akan membutuhkan waktu lebih lama lagi," ungkapnya.

Diakuinya kebakaran di Kubu Raya lebih banyak di lahan milik masyarakat, sehingga ia berharap kesadaran masyarakat akan bahaya karhutla.

"Kita juga pada beberapa lokasi di bantu oleh Badan Pemadam Swasta dan Brigade Dalkarhutla dari KPH Kubu Raya, seperti contoh saat pemadaman di Desa Jawa Tengah, Sui Ambawang. Harapan kita kesadaran semua pihak semakin meningkat, dan ada pendampingan secara terus menerus kepada masyarakat dalam mengolah lahannya, karna tidak ada karhutla pasti lebih baik, salam langit biru bebas asap," pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved