Terpisah dari Induknya, Bayi Orangutan Ditemukan Menangis di Kebun Sawit
Bayi orangutan jantan berusia kurang dari satu tahun ini ditemukan oleh Rahman di kebun sawit yang digarapnya pada Kamis (26/7/2018).
Penulis: Subandi | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG – International Animal Rescue (IAR) Indonesia bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang menerima penyerahan satu bayi orangutan (Pongo pygmaeus) yang ditemukan pekerja di lahan perkebunan sawit milik perkebunan swasta di Desa Tanjung Pasar, Kecamatan Muara Pawan.
Bayi orangutan jantan berusia kurang dari satu tahun ini ditemukan oleh Rahman di kebun sawit yang digarapnya pada Kamis (26/7/2018).
Dia mengaku menemukan orangutan ini menangis sendirian dalam semak-semak di kebun sawit.
Rahman melaporkan penemuannya ini ke manager kebun. Kemudian Rahman diminta untuk membiarkannya terlebih dulu.
Baca: Wadir Narkoba Polda Kalbar Bawa Sabu! Ini Deretan Sanksi Berat untuk AKBP HT
Baca: Fotografer Rio Motret Unggah Foto Mulan Jameela, Netizen: Kuntilanak!
Manager kebun beralasan bahwa ada kemungkinan induk orangutan akan datang mengambil orangutan.
Menurut Rahman, induk anak orangutan ini sudah berada di kawasan kebun sawit sejak dua bulan lalu. Bayi orangutan ini akhirnya dilaporkan ke IAR Indonesia setelah Rahman menemukan orangutan ini di tempat yang sama keesokan harinya.
Menindaklanjuti laporan ini tim IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar segera meluncur ke lokasi penemuan orangutan. Berdasarkan pemeriksaan dokter hewan IAR diketahui kondisi bayi orangutan ini mengalami dehidrasi ringan.
Sebab itu orangutan itu dibawa ke Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan IAR Indonesia untuk mejalani pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut. Seperti bayi orangutan lainnya yang juga kehilangan induk pada usia yang masih sangat muda.
Maka bayi orangutan ini akan menjalani proses rehabilitasi panjang di IAR Indonesia. Sehingga akan mempelajari kemampuan dasar hidup di alam bebas sebagai orangutan. Banyak hal yang perlu dipelajari seperti memanjat, mencari makan dan membuat sarang.
Kemampuan dasar ini mutlak harus dikuasai sebelum orangutan bisa dikembalikan ke habitatnya. Sehingga jika orangutan dilepas atau dikembalikan ke habitatnya bisa tetap melangsungkan hidupnya seperti orangutan liar lainnya.
Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor mengatakan banyaknya kegiatan pembukaan lahan membuat orangutan terfragmentasi. Sehingga sulit memperoleh pakan yang akibatnya banyak masuk ke area aktifitas manusia.
“Sinergitas antara pihak pemerintah, masyarakat hingga private sector perlu dijalin baik agar kelestarian satwa liar tetap terjaga,” kata Sadtata melalui rilis Heribertus Suciadi Media and Communication IARI kepada wartawan, Selasa (17/7).
Ketua Program IAR Indonesia Tantyo Bangun mengungkapkan populasi orangutan sekitar 80 persen berada di luar daerah konservasi seperti kebun dan hutan produksi. Diperlukan partisipasi semua pihak agar populasi orangutan dapat terkelola baik.
“Satu di antara caranya menjaga hutan yang tersisa dan menciptakan koridor satwa liar. Sehingga peristiwa terlantarnya bayi orangutan ini dapat dihindari,” kata Tantyo.