Cadangan Devisa Turun, BI: Posisi Cadev Cukup Untuk Impor 8,1 Bulan
Turunnya cadangan devisa pada Februari 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Penulis: Nina Soraya | Editor: Nina Soraya
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Posisi cadangan devisa (Cadev) Indonesia akhir Februari 2018 tercatat sebesar 128,06 miliar dolar AS. Angka ini artinya terjadi penurunan dibandingkan dengan posisi Januari 2018 yanng sebesar 131,98 miliar dolar AS.
"Kendati menurun, nilai pada akhir Februari 2018 tersebut lebih dari cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor atau 7,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," kata keterangan tertulis Bank Indonesia yang dikutip Tribunpontianak.co.id, Kamis (8/3/2018).
Baca: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Mengiringi Turunnya ISHG ke 50,34 Poin Kelevel 6593
Selain itu, nilai tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional yaitu sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi sistem keuangan.
Turunnya cadangan devisa pada Februari 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Di samping itu, penurunan juga dipengaruhi oleh menurunnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia sejalan dengan kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk.
Baca: Dilarang! Bank Indonesia Sebut Bitcoit Investasi Berisiko
Selain itu, posisi cadangan devisa Indonesia juga dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan luar negeri (ekspor-impor). Aktivitas ekspor Indonesia sebagai penghasil devisa pada Januari 2018 tercatat menurun dibandingkan dengan Desember 2017 sebesar 2,81%. Arus barang ekspor Indonesia sebagian besar ditujukan ke Tiongkok, AS, dan Jepang dengan total kontribusi mencapai 36,81%. Sejalan dengan kondisi nasional, realisasi ekspor Kalimantan Barat juga tercatat menurun sebesar 17,68%. Arus barang ekspor indonesia sebagian besar ditujukan ke Uni Emirat Arab, Tiongkok, dan Jepang dengan total kontribusi mencapai 79,66%.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tersebut tetap memadai untuk mendukung ketahanan eksternal seiring dengan menguatnya prospek ekonomi domestik dan kinerja ekspor yang akan membaik sejalan dengan proyeksi penguatan ekonomi negara-negara utama tujuan ekspor indonesia dan Kalimantan Barat, seperti Tiongkok dan Jepang," jelasnya.
Selain itu, akan terdapat tambahan devisa dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah senilai 3 miliar dolar AS pada bulan Maret 2018. Bank Indonesia akan selalu berupaya untuk menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. (nin)