Suami-Istri Dipenggal di Ketapang! Cerita Suryati Ini Bisa Jadi Petunjuk?
Dia ia menaruh curiga kepada seseorang pendatang di Pesaguan yang pas setelah kejadian pembunuhan langsung menghilang.
Penulis: Subandi | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG –Kasus mutilasi kepala pasangan suami istri, Suharso dan Armaniah di Ketapang, 25 Agustus 2010 silam menyisakan kesedihan bagi kalangan keluarga.
Saat itu, kedua korban dibunuh setelah pulang dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agoesdja, setelah menjenguk keluarganya yang sakit dan sedang dirawat di rumah sakit tersebut.
Suryati (56), adik kandung korban perempuan yang dirawat di rumah sakit itu menceritakan, saat itu, kedua korban menjenguknya ia sedang ditemani suaminya, Jasbandi Ibrahim (60).
(Baca: POLIGAMI - Lima Pria Miliki Lebih 10 Istri, Nomor 2 Bikin Geleng Kepala )
Sebab itu ia ingat betul saat-saat sebelum kedua korban dibunuh. Kemudian hingga saat ini pun ia sering terkenang-kenang dan meminta dilihatkan foto korban. Terlebih ketika korban dikebumikan ia tak melihat proses tersebut.
Diceritakannya sehari sebelum kejadian kedua korban datang menjenguknya berbeda waktu. Pertama datang almarhum kakaknya pada sore kemudian menjelang magrib almarhum Suharso. Menurutnya saat hendak Salat Magrib almarhum kakaknya baru sadar tak membawa telekung.
“Dia gelisah benar karena tak bawa telekung untuk Salat. Katanya (korban) kalau ke mana-mana tak pernah lupa bawa dan baru kali itu ia lupa. Memang kedua korban taat beribadah,” kata Suryati saat ditemui di rumahnya, Kamis (28/9).
(Baca: Usai Disetubuhi Korban Dibunuh Dengan Kejam Oleh Pria Ini Karena Sakit Hati )
Ia mengungkapkan kedua korban kemudian hanya ngobrol-ngobrol biasa hingga tidur sekitar pukul 20.00 WIB. Setelah itu keduanya bangun untuk sahur dan langsung pulang. “Jadi selama di rumah sakit tidak ada ngomong macam-macam,” ungkapnya.
“Makanya kita sama sekali tidak menyangka jika keduanya akan dibunuh orang. Tidak ada yang aneh atau hal mencurigakan sama sekali sebelum kejadian. Saya pun baru tahu keduanya dibunuh setelah tiga hari kejadian,” lanjutnya.
Sebab itu ia sampai sekarang selalu teringat sama korban khususnya kakaknya itu. “Saya kalau teringat samanya kadang ke rumah anaknya minta dilihatkan fotonya. Sampai sekarang saya masih sedih, tak menyangka ia meninggal dibunuh,” ujarnya.
Ia menambahkan sejak pembunuhan itu hingga sekarang cukup banyak mendengarkan cerita masyarakat. Dia ia menaruh curiga kepada seseorang pendatang di Pesaguan yang pas setelah kejadian pembunuhan langsung menghilang.
“Kita itu curiganya pada orang itu. Memang saya saat kejadian tak tahu. Tapi ceritanya sebelum kejadian orang itu bertanya-tanya di mana korban yang laki-laki. Kemudian malam itu juga dari Pesaguan pergi ke arah Ketapang,” tuturnya.
“Setelah kejadian pembunuhan itu orang tersebut tak pernah lagi datang ke Pesaguan ini. Jadi saya curiga kepada orang itu. Hanya yang tahu pasti orang itu ada bertanya di mana korban dan pergi ke Ketapang itu Reni istri anak korban,” lanjutnya.