Sambut 1 Muharam, Warga Desa Sarilaba B Silaturahmi Kumpul di Masjid
Saat berkumpul di masjid tersebut, warga masyarakat masing-masing membawa makanan untuk dihidangkan dalam acara tersebut.
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kemeriahan perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1439 Hijriah juga terlihat di Desa Sarilaba B, Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas, Kamis (21/9/2017).
Warga masyarakat berbondong-bondong berkumpul di Masjid Baitul Mukminin.
Kepala Desa Sarilaba B, Effendi mengungkapkan, kegiatan berkumpul di masjid tersebut selain dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam, juga merupakan ajang silaturahmi antar warga.
"Kegiatan ini selalu kami gelar setiap tahunnya, setiap tanggal 1 Muharam," ungkapnya, Kamis (21/9/2017).
(Baca: Tradisi Unik, 1.439 Ketupat Meriahkan Perayaan 1 Muharam di Desa Parit Raja )
Lanjutnya, setiap tanggal 1 Muharram, warga masyarakat di desanya sama sekali tak melakukan aktivitas pekerjaan seperti hari-hari biasanya.
"Kami tidak melakukan pekerjaan hari ini, baik bertani, berkebun atau nelayan yang melaut, tidak ada. Semuanya berkumpul bersama. Hari ini seperti tahun-tahun yang lalu, kami berkumpul di masjid untuk memperingati Tahun Baru Islam," jelasnya.
Saat berkumpul di masjid tersebut, warga masyarakat masing-masing membawa makanan untuk dihidangkan dalam acara tersebut.
Satu di antara warga, Musli menerangkan, usai memanjatkan doa bersama, beragam jenis kue, ketupat dan kue lapis khas Sambas kemudian dinikmati bersama oleh warga di pelataran masjid.
"Acara ini selalu ramai setiap tahunnya. Kue-kue yang dibawa warga, selain disantap bersama, juga bisa ditukar dengan warga lain untuk dibawa kembali ke rumah masing-masing, jika masih ada sisa yang tak termakan saat acara," terangnya.
Deki, warga lainnya menambahkan, suasana kebersamaan warga sangat terasa.
Sambil menikmati sajian beragam makanan, warga juga saling bercengkerama untuk menghangatkan suasana.
"Suasananya santai, penuh kebersamaan dan religius. Kue yang di bawa memang biasanya kue lapis, tapi ada juga ketupat dan lontong. Makannya dengan duduk bersaprah, memanjang berkelompok masing-masing sekitar 6 sampai 10 orang. Selesai makan, kami bersenda gurau sambil menikmati kopi," sambungnya.