Dayat Ungkap Fakta Memilukan, Beginilah Kondisi SMP Satap di Lemukutan
Kita warga Pulau Lemukutan bingung dan mau bagaimana lagi, di Peta Kalbar kenapa Pulau Lemukutan tidak tercantum,
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, BENGKAYANG – Dayat Suhandoko (38), yang awalnya memposting sejumlah foto disertai caption kondisi sekolah yang memprihatinkan di grup Singkawang Informasi (SI) kemarin.
Saat dihubungi mengungkapkan fakta-fakta baru yang memilukan mengenai keadaan sekolah. Dayat diketahui adalah seorang nelayan asli kelahiran Pulau Lemukutan, Bengkayang.
Ia mengaku baru sekitar setahun pulang ke Pulau Lemukutan setelah merantau dan bekerja serabutan di Melawi.
Menurutnya, karena kecintaan dirinya kepada Pulau Lemukutanlah membuat Ia tergugah memposting dan berkoar disosial media Facebook mengenai kondisi SMP didaerahnya.
"Itulah SMP Satap di Pulau Lemukutan, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Bengkayang, ruang kelas 9 benar-benar tidak layak pakai dan hampir roboh, karena 95 persen tiangnya sudah putus semua, kedua sisi dindingnya berlobang seperti menjadi tiga pintu serta kondisi lantai dan meja kursi yang benar-benar menyedihkan," katanya, Kamis (21/9/2017) saat dihubungi Tribun Pontianak.
(Baca: Tanggapi Isu Karolin Berpasangan Askiman, Ini Kata Cornelis )
Mirisnya lagi, kata dia bangunan sekolah tersebut jika saja didorong oleh sekitar 15-20 orang, dipastikannya akan roboh.
Selain itu, Sudayat, sapaan akrabnya mengatakan, disekolah tersebut juga kekurangan tenaga pengajar, baik kontrak dan honorer, apalagi untuk guru berstatus PNS.
Dayat pun sampai membandingkan dengan Dusun Pulau Kabung yang dianggapnya selalu di perhatikan.
"Kita warga Pulau Lemukutan bingung dan mau bagaimana lagi, di Peta Kalbar kenapa Pulau Lemukutan tidak tercantum, sedangkan Pulau Kabung hanya Dusun baru muncul di peta," bebernya.
Menurutnya pula, padahal Pulau Lemukutan sudah lebih dari setengah abad menjadi desa, namun ternyata belum ada di peta. "Sebenarnya ada apa dengan Pulau Lemukutan?," katanya.
Walaupun demikian, diakuinya sudah sekitar dua kali para pejabat maupun instansi terkait berkunjung ke Pulau Lemukutan, dan disela kegiatan mendengar keluh kesah masyarakat, namun sampai sekarang tidak ada tindakan kongkrit.
(Baca: Sutarmidji Mengajak Umat Muslim Memasyarakatkan Salam )
"Bagaimana caranya agar pemangku kepentingan baik dinaa terkait maupun Kepala Daera agar cepat membangun kembali, karena sudah diajukan, bahlan kepala daerah sidah melihatnya langsung kondisi kelas tersebut, sekitar dua kali, tapi hanya isapan jempol," ujarnya.