3 Pasien DBD di Sanggau Meninggal Dunia, Hingga September Tercatat Ada 93 Kasus
Sejak Januari hingga September 2017, tercatat 93 kasus. Tiga orang di antaranya meninggal dunia, kasus Paling banyak di Kecamatan Kapuas.
Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Hendri Chornelius
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Sarimin menyampaikan, tiga pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sanggau meninggal dunia.
“Sejak Januari hingga September 2017, tercatat 93 kasus. Tiga orang di antaranya meninggal dunia, kasus Paling banyak di Kecamatan Kapuas, ” katanya.
Sarimin menjelaskan, terjadinya kasus DBD sangat berhubungan dengan berbagai faktor risiko, diantaranya lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes, kesadaran masyarakat yang masih kurang mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk. “Serta meningkatnya mobilitas penduduk, ” tuturnya.
(Baca: Ternyata Roti Bakar Khas Bandung Ada di Sanggau )
Ia juga mengingatkan dampak musim penghujan dan pancaroba. Meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga kerap menimbulkan penularan penyakit terutama pada saat musim penghujan.
“Untuk pengambilan larvasida atau bubuk abate boleh diambil di Puskesmas terdekat dengan cuma-cuma, ” tegasnya.
Sarimin menambahkan, peran serta masyarakat sangat diharapkan guna menekan kasus ini. Karena program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan, secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan.
“Pertama, menguras dan membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Kedua, menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, ember, dan lain sebagainya, ” jelasnya.
“Ketiga, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam berdarah, ” tambahnya.
Sedangkan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, diantaranya menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
“Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk. Menggunakan kelambu saat tidur. Memelihara ikan pemangsa jentik dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, ” ujarnya.
Tokoh Pemuda Sanggau, Abang Indra menegaskan, karena tingginya kasus DBD di Sanggau, diharapkan agar instansi terkait agar intsen melakukan sosialisai dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait bahaya DBD.
“Kemudian peran serta masyarakat juga sangat diperlukan untuk menerapkan sistem 3M dan segala bentuk pencegahan lainya. Kalau tidak salah dulunya ada dibentuk laskar anti nyamuk yang ada di setiap RT. melalui mereka diharapkan rutin melakukan penyuluhan, ” harapnya.
Apalagi saat ini memasuki musim penghujan, dikhwatirkan akan banyak sarang nyamuk apabila kita tidak melakukan 3M dan bentuk pencegahan lainya yang dianjurkan dari Dinas Kesehatan.