Penuh Dinamika, Terkuak Isu Retaknya Hubungan Atbah dan Hairiah
Perihal pemilihan atau seleksi Sekda Sambas yang telah rampung dilakukan juga tak luput menjadi perhatian, meski berjalan sesuai harapan.
Penulis: Zulfikri | Editor: Mirna Tribun
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Raymond Karsuwadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Akademisi Kabupaten Sambas, Erik Darmansyah mengatakan jalannya pemerintahan Bupati Sambas dan Wakilnya terlalu banyak diwarnai dinamika yang kurang baik.
"Sayangnya di masa kepemimpinan Atbah-Hairiah diwarnai dinamisasi yang kurang enak untuk dilihat misalnya, isu retaknya hubungan antara Bupati Atbah dengan Wabup Hairiah, semoga hanya isapan jempol saja," ujarnya, Senin (12/6/2017)
Dia juga menginventarisir dinamika lainnya yang mencuat selama setahun belakangan kepemimpinan Atbah Romin Suhaili dan Hairiah ini.
"Fakta pemberhentian Sekda Jamiat Akadol yang dilalui tanpa proses yang sesuai peraturan juga cukup menyita perhatian, terlebih sekarang masih dalam gugatan PTUN di Pontianak," ungkapnya.
Baca: 356 Hari Kepemimpinan Atbah-Hairiah
Bupati juga diingatkan agar lebih cermat dalam mengambil kebijakan terutama yang berkaitan dengan APBD.
"Bupati, masih sangat perlu untuk lebih dalam dengan sistem pembangunan, misalnya mengenali proses/tahapan sebuah kebijakan anggran yang akhirnya dicerminkan di APBD. Fakta penurunan anggaran pembangunan yang sangat kentara, dan ini berakibat pada bentuk nyata pembangunan masa setahun Atbah dirsakan sangat minim," jelas Erik.
Perihal pemilihan atau seleksi Sekda Sambas yang telah rampung dilakukan juga tak luput menjadi perhatian, meski berjalan sesuai harapan.
Dia berharap agar kedepan tak ada lagi tindakan Bupati yang bisa mengundang opini miring publik terkait konflik kepentingan.
"Isu sinyal mutasi dan pengisian jabatan ASN yang kentara dengan konflik kepentingan jangan sampai muncul, seperti adanya keinginan Bupati membawa masuk ASN dari luar dengan mekanisme lelang jabatan terbuka nasional untuk mengisi posisi Sekda Sambas, namun kita bersyukur akhirnya ASN kabupaten Sambas yang terpilih menduduki jabatan tersebut," terangnya.
Keterlambatan bupati merespon pembangunan Desa lewat ADD dan DD yang sampai hari ini belum separuh dari total desa yg anggrannya tercairkan juga menjadi perhatian.
"Tentu ini berdampak pada pembangunan di tingkat paling bawah, persoalan pencairan ADD dan DD mesti menjadi prioritas untuk diselesaikan dalam waktu dekat," tegasnya.
Erik juga menyoroti isu isu pembangunan lainnya seperti rencana pembangunan bandara di Kecamatan Jawai yang dinilai belum prioritas, serta fluktuasi harga komoditas pertanian seperti jeruk, lada, karet dan gabah padi yang mengundang derai air mata petani.
"Setidaknya demikianlah hal yang menjadi kita pada tahun pertama masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati Sambas, harapan yang digantungkan oleh masyarakat Sambas terkait adanya perubahan menjadi viral dan mengisi perbincangan dipelosok sambas sangat kentara sekali, apalagi terpilihnya Atbah-Hairiah yang mengusung moto kerja singinyan singinyan dianggap mempunyai posisi sangat berbeda dari kepemimpinan pasngan Bupati sebelumnya dengan kata lain Atbah dan Hairiah adalah sosok yang bebas beban sejarah masa lalu," tutupnya.