Putri Dayak Berprestasi asal Indonesia Pernah Sabet Miss World Malaysia 2014

Saya di sini datang untuk mendukung. Saya dari Suku Dayak Bidayuh di Malaysia. Sebuah kebanggaan bisa datang, apalagi melihat....

Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK/WAHIDIN
Miss World Malaysia, Dewi Liana Sereista 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Wahidin

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Satu di antara tamu yang hadir pada pembukaan Kongres Internasional Kebudayaan Dayak ialah Miss World Malaysia, Dewi Liana Sereista yang berasal dari Suku Dayak Bidayuh Jagoi di Sarawak Malaysia.

Selain itu, wanita kelahiran Kuching, Malaysia pada 7 September 1989 ini juga masih berketurunan Dayak dari Indonesia.

Ia sengaja diundang datang ke acara kongres yang diselenggarakan selama tiga hari tersebut.

"Saya di sini datang untuk mendukung. Saya dari Suku Dayak Bidayuh di Malaysia. Sebuah kebanggaan bisa datang, apalagi melihat seluruh perwakilan Dayak dari berbagai daerah bisa datang dan bersama-sama dalam satu," ujarnya, Sabtu (3/6/2017) malam.

Baca: Kongres akan Membicarakan Kebudayaan Dayak dari Masa Lampau, Sekarang, dan akan Datang

Baca: Berbicara Masa Depan Dayak Melalui Kongres Internasional Kebudayaan Dayak

Ia juga ingin mempelajari bagaimana adat dan tradisi Dayak dan bersatunya masyarakat Dayak itu sendiri.

Sebab di Malaysia, dikatakannya bahwa suku Dayak masih hidup mengelompok sesuai dengan sub sukunya masing-masing.

"Kalau di Malaysia, Bidayuh hanya dengan Bidayuh, Iban dengan Iban, Ulu dengan Ulu. Bersatunya antar kaum, belum keseluruhan. Tadi pagi saya ke Jagoi, itu ketemu juga dengan suku Dayak Bidayuh di sini, bajunya sama, bahasanya sama dengan di Malaysia," ujarnya.

Oleh karena itu, ia juga menyampaikan bahwa sudah menjadi kewajiban masyarakat Dayak untuk senantiasa mengekalkan adat, budaya, dan tradisi.

Sehingga tidak akan pupus dengan pengaruh kemajuan zaman.

"Saya 2014 pernah buat Documentary tentang Ring Lady, memakai ruyang, rasung. Itu saat ini tinggal orangtua suku Dayak saja yang pakai, yang anak-anak muda tidak mau pakai. Makanya kita jangan malu dengan budaya dan bahasa kita," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved