Pedagang Keluhkan Pasar Tradisional Kartiasa Sambas Sepi Pengunjung
Mulai setahun belakangan ini mulai sepi, kecuali ada pasar malam atau ada kegiatan disini, biasa sepi sekali tidak ada pengunjung.
Penulis: Zulfikri | Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Pasar Tradisional Sambas, Jl Kartiasa tampak sepi dari pengunjung. Hal ini dikeluhkan para pedagang yang berjualan di pasar tradisional tersebut.
Pasar yang dibangun pada tahun 2013 atas kerjasama Kementrian Perdagangan RI dan Pemerintah Kabupaten Sambas melalui dana tugas pembanguan itu, kini tampak sepi.
Satu diantara penjual kuliner, Dian mengungkapkan bahwa pada saat pertama kali dibuka kunjungan ke pasar tersebut cukup ramai bahkan penuh pengunjung.
"Mulai setahun belakangan ini mulai sepi, kecuali ada pasar malam atau ada kegiatan disini, biasa sepi sekali tidak ada pengunjung," ujarnya, Jumat (26/5/2017).
Baca: Pemkab Sambas Akan Bangun Rumah Potong Hewan di Kartiasa
Untuk dapat membuka lapak di Pasar Tradisional Kartiase masyarakat setempat memanggilnya tersebut, Dian merogoh kocek sebesar 50 ribu per bulan untuk menyewa lapak.
"sepi, mungkin banyak yang ke pasar sambas ketimbang pasar kartiasa ini, padahal pusat kota tidak terlalu jauh, atau mungkin keadaan kuangan masyarakat yang kurang. modal jualannya sendiri, lapak sewa, bukan sewa sih tapi bayar iuran per bulan 50 ribu, listrik bayar sendiri," katanya.
Dian yang juga merupakan seorang pengajar di SMK N 2 Sambas ini, berjualan sehabis dirinya mengajar di sekolah tersebut.
Dirinya mengatakan bahwa jam tutup lapaknya tidak menentu apabila sudah terlalu sepi, maka dia menutup lapaknya.
"malam minggu juga biasa sepi, tergantung kalau ada acara ramai kalau tidak ada acara sepi. Buka kami dari pagi sampai malam, tutup kadang kalau sepi jam 8 malam udah tutup, pulang ngajar saya jualan gantikan yang jualan pagi," katanya.
Sementara itu, Seli pedagang tas mengatakan hal serupa bahwa penjualan di lapaknya juga sepi. Dalam sebulan dapat dihitung jumlah tas yang laku terjual.
"Kami jual di toko, tidak onlie baru mau mulai. Sebulan dapat dihitung berapa tas yang laku, sepi bang," keluhnya.
Tas yang dijual di tokonya berkisar antara 60 - 500 ribu rupiah tergantung merknya. Dia berencana menjualnya secara onlie karena sepinya penjualan di lapak offline.
"Sesuai merek, ada 68 ribu, 60 -100 ribu, paling mahal 454 ribu, udah di rencanakan lewat online, mau di promosikan di facebook," katanya.