Anies Temui Ahok Contoh Ketauladanan Politik

Kedewasaan dan jiwa yang besar sangat penting untuk mengakui kekalahan dan kemenangan dalam sebuh kompetisi.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat bersalaman dengan Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno usai mengikuti debat Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4/2017). Debat kali ini bertemakan 'Dari Masyarakat Untuk Jakarta' serta adanya pertanyaan dari berbagai komuitas yang diundang oleh KPU DKI Jakarta. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridhoino Kristo Sebastianus Melano

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Pengamat Politik Untan, Dr Jumadi mengatakan Anies Baswedan yang mendatangi Ahok ke kantornya merupakan sebuah ketauladanan poitik yang mesti dicontoh. Berikut analisanya:

Dalam demokrasi, kompertisi adalah hal yang biasa. Kedewasaan dan jiwa yang besar sangat penting untuk mengakui kekalahan dan kemenangan dalam sebuh kompetisi.

Ketika kemarin Ahok mengucapkan selamat dan hari ini Anies bersilaturahmi dengan Ahok, itu sebuah ketauladanan demokrasi yang menurut saya patut untuk dicontoh. Itu sebuah kedewasaan dalam berdemokrasi.

Saya pikir wajar kalau misalnya antara Anies dengan Pak Ahok untuk membangun komunikasi mensinergiskan. Kontinuitas progres itu menjaid penting.

Tinggal bagaimana sebagai Gubernur baru, Anies mensinergiskan skala prioritas program-program politik yang ia janjikan dalam kampanye.

Baca: Begini Media Asing Menyorot Kekalahan Ahok dan Kemenangan Anies, CNN Singgung Isu Sara

Menurut saya hal-hal positif mesti dicontoh. Sehingga barangkali hal-hal yang sifatnya politik identitas yang kental itu menjadi PR bagi Kalimantan Barat. Menjadi tantangan kita semua. Kalau itu dikedepankan akan berpengaruh terhadap kedewasaan kita berdemokrasi.

Dalam konteks ketika persaingan yang begitu keras, saling menyerang dan sebagainya, tetapi dari sebuah kompetisi politik itu diakhiri dengan sebuah kebersamaan.

Politik identitas itu dikonstruksi. Hal-hal yang bernuansa ke-etnisan itu menjadi instrumen politik oleh elit. Bagaimana elit memainkan peran itu, oleh karena itu semuanya menjadi tanggungajawab elit politik untuk tidak hanya berorientasi pada kekuasan, tetapi Pilkada juga bagian daripada pendidikan politik.

Kekalah ini sebuah pukulan politik bagi PDI Perjuangan. Banten kemarin, ditambah lagi dengan DKI Jakarta, ini warning bagi PDI Perjuangan. Publik akan memberikan penilaian bagaimana kinerja pemerintah saat ini, termasuk sosok yang diusung PDI Perjuangan.

Ini menjadi warning tidak hanya pada konteks Pilkada, tetapi 2019. Kalau ini tidak disikapi secara positif oleh PDI Perjuangan, tidak menutup kemungkinan dalam demokrasi lainnya mengalamai hal serupa.

Penilaian publik tergantung banyak faktor. Program pembinaan juga proses perekrutan calon menjadi penting dilakukan PDI Perjuangan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved