Petani Nusapati Sukses Tanam Padi Inpago
Kemudian dalam satu tahun mereka dapat melaksanakan dua kali panen. "Dalam satu tahun dua kali panen,"ujarnya.
Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Seiring perkembangan waktu dan meningkatnya kebutuhan manusia terhadap konsumsi pangan, maka mulai bermunculan satu persatu varietas unggul padi sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan Indonesia.
Seperti apa yang dilakukan oleh petani-petani Desa Nusapati mulai mengembangkan varietas padi inbrida padi gogo (Inpago).
Satu di antara petani Desa Nusapati, Abdul Rani dari kelompok tani Jaya Tani Desa Nusapati Kecamatan Sungai Pinyuh mengatakan dari hasil penanaman padi jenis inpago pada lahan 1 hektare miliknya menuai hasil yang cukup besar.
"Alhamdulillah angkanya untuk hasil panen cukup lumayanlah,"ujarnya ketika ditemui usai panen perdana di Desa Nusapati, Selasa (24/1/2017).
Baca: Jokowi Akan Hadiri Festival Cap Go Meh Singkawang
Ia sendiri mengatakan jika dibandingkan dengan jenis lainnya, hasil panen padi ini dikatakan berhasil lantaran dengan luas lahan 1 hektare yang ditanami padi ia berhasil mengumpulkan lebih 5 ton hasil panen.

Kemudian dalam satu tahun mereka dapat melaksanakan dua kali panen. "Dalam satu tahun dua kali panen,"ujarnya.
Namun dikatakannya yang menjadi kendala adalah air dan keong emas. "Makanya kita menanam inpago ini agak tinggi, karena menghindarkan air dan keong emas (gondang) itu,"ujarnya.
Akibatnya dikatakannya banyak petani mulai berdatangan ke rumahnya untuk menukar benih padi. "Alhamdulillahlah tangkainya lumayan juga,"ujarnya
Ditambahkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Nusapati Erwin menuturkan untuk di Desa Nusapati ini sendiri sudah mulai dilakukan panen terhadap 65 hektare padi jenis inpago dari 2 kelompok tani yakni Jaya Tani dan Sehati.
Sementara dalam analisa hasil panen dengan penerapan komoditas padi jenis untuk varietas inpago pada lahan 1 hektare ini dengan menggunakan biaya saprodi menggunakan urea 100 Kg, NPK 100 kg, POC 1 liter.
"Kemudian penggunaan benih hektare 50 Kg untuk 1 hektare, herbisida dan insektisida masing-masing 1 botol,"ujarnya. Kemudian karena pengalaman tidak banyak rumput, kemudian tidak putus tanam.
"Kemudian hama dan penyakiit agak berkurang,"ujarnya.
Kendati diakui hanya serangan insidentil ulat, pengerek batang yang menjadi kendala. Kemudian juga penggunaan tenaga kerja mulai tahapan persemaian, pengolahan tanah, tanam dan panen.
"Maka untuk rincian total biaya produksi 5.615.000," ujarnya.
Kemudian pengubinan didapatkan hasilnya Hasilnya . 5,6 ton atau 5500 kg per hektare dari jika dikalikan harga giling panen, dengan asumsi dikalikan harga satuan 4 ribu maka hasilnya 22 juta rupiah.