Citizen Reporter
Pelaku Wisata Kapuas Hulu Bangun Jaringan Ekowisata
Salah satu program prioritas nasional sampai dengan tahun 2019 adalah pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Jamadin
Citizen Reporter
Environmental Service Coordinator, WWF-Indonesia Program Kalbar, Hermas Rintik Maring
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAPUASHULU – Sebanyak 52 orang pelaku wisata yang mewakili 22 destinasi pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu berkumpul di Biara Deo Soli Putussibau, Senin (5/12/2016). Mereka mengikuti peningkatan kapasitas sekaligus membangun jaringan ekowisata.
Agenda rutin yang dihelat atas kerja sama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kapuas Hulu, Yayasan WWF-Indonesia, dan KOMPAKH ini dilakukan guna memastikan pengelolaan daya tarik wisata dapat berjalan secara optimal.
Pembangunan jaringan ekowisata di Kabupaten Kapuas Hulu ini merupakan upaya untuk saling memerkuat antar-destinasi pariwisata yang ada, baik dari segi pengelolaan maupun pemasarannya.
“Sebagai kabupaten konservasi, kami berkomitmen menjadikan pariwisata sebagai salah satu andalan pembangunan. Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dan Betung Kerihun. Ditambah ragam budaya masyarakat merupakan unggulan daya tarik wisata,” kata Antonius, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kapuas Hulu.
Sekretaris Daerah Kapuas Hulu dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten III, Muhammad Yusuf mengatakan upaya yang dilakukan ini untuk menjadikan Kapuas Hulu sebagai destinasi dengan ragam daya tarik. “Kebutuhannya adalah melakukan klustering dalam pengembangan sehingga jelas mana yang menjadi destinasi unggulan dan mana yang menjadi destinasi penunjang,” kata.
Hal senada juga disampaikan Ketua DPRD Kapuas Hulu, Rajuliansyah. Menurutnya, ekowisata merupakan program yang strategis dalam menjadikan kawasan konservasi sebagai sumber pengembangan ekonomi yang berujung pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan desa.
Menurutnya, Kapuas Hulu dengan 56,57 % luasannya merupakan kawasan konservasi termasuk dua taman nasional harus mampu berpikir strategis agar status kawasan dapat juga memberi maanfaat bagi daerah. Pengermbangan pariwisata merupakan salah satu program yang sesuai, apalagi Kapuas Hulu sudah medeklarasikan diri sebagai Kabupaten Konservasi.
“Ekowisata, sebagaimana diketahui bersama, merupakan sebuah industri yang memanfaatkan keindahan bentang alam dan ekosistem di dalamnya untuk dinikmati, sekaligus dipelajari oleh wisatawan. Di sisi lain, ekowisata juga menekankan pada keterlibatan masyarakat sekitar, yang pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi langsung bagi mereka,” kata Rajuliansyah.
Oleh karena itu, jelasnya, DPRD Kabupaten Kapuas Hulu akan terus berupaya mendorong pemerintah daerah untuk menjadikan pengembangan pariwisata sebagai prioritas pembangunan. DPRD juga akan mendorong pemerintah daerah untuk terus melakukan peningkatan kapasitas baik melalui pelatihan maupun studi banding ke tempat-tempat yang sudah maju serta terus mendorong promosi wisata yang ada di Kapuas Hulu.
Saat ini, Rajuliansyah, pendekatan pariwisata terus berkembang. Ekowisata merupakan perwujudan dari konsep pariwisata berkelanjutan dengan prinsip ramah lingkungan, ramah masyarakat, dan juga ramah wisatawan. Ekowisata telah berkembang sejak 20 tahun lalu dan terus berkembang di Indonesia, termasuk di Kalbar.
“Pengembangan pariwisata bertanggung jawab atau ekowisata merupakan sebuah pendekatan yang dianggap mampu menjaga kawasan HoB sebagai sumber kehidupan masyarakat sekaligus sebagai modal dalam pengembangan ekonomi dan sosial mereka,” urainya.
Salah satu program prioritas nasional sampai dengan tahun 2019 adalah pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata. Kawasan Betung Kerihun, Danau Sentarum dan sekitarnya yang berada di Kapuas Hulu, telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan menjadi 1 dari 3 lokasi program tata kelola destinasi (Destination Management Organization/DMO) Kementerian Pariwisata Republik Indonesia serta menjadi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN).